Aneka Ragam Makalah

Makalah Strategi Rehabilitasi Tumbuhan | Pencegahan Dampak Global Warming



Jika bermanfaat, Mohon di Share ya !. kalau sempat sumbang tulisannya ya !
Makalah Pembaharuan Strategi Rehabilitasi Tumbuhan 
Sebagai Upaya Mitigasi Global Warming
By: Ibrahim Lubis, M.Pd.I

BAB I
PENDAHULUAN

Global warming sudah sejak lama terjadi karena peningkatan lapisan gas yang menyelimuti bumi dan berfungsi sebagai lapisan seperti rumah kaca. Gas rumah kaca terdiri atas CO2 (55%), sisanya berupa NOx, SO2, O3, CH4 dan uap air. Lapisan tersebut menyebabkan terpantulnya kembali sinar panas infra merah A yang datang bersama sinar matahari, sehingga panas bumi mencapai 130C. Semakin besar gas rumah kaca, akan semakin meningkatkan suhu bumi. CO2 di atmosfer saat ini mencapai 300 ppm dan diperkirakan akan meningkat menjadi 600 ppm pada 2060 akibat berbagai aktifitas alamiah dan diperparah dengan aktifitas manusia (Suryani, 2007). 

Di Indonesia, pengaruh global warming telah menyebabkan perubahan iklim, antara lain terlihat dari curah hujan di bawah normal, sehingga masa tanam terganggu, dan meningkatnya curah hujan di sebagian wilayah. Kondisi tata ruang, daerah resapan air, dan sistem irigasi yang buruk semakin memicu terjadinya banjir, termasuk di area persawahan. Sebagai gambaran, pada 1995 hingga 2005, total tanaman padi yang terendam banjir berjumlah 1.926.636 hektar. Dari jumlah itu, 471.711 hektar di antaranya mengalami puso. Sawah yang mengalami kekeringan pada kurun waktu tersebut berjumlah 2.131.579 hektar, yang 328.447 hektar di antaranya gagal panen (Busyairi, 2007).

Salah satu usaha yang dapat mencegah pengaruh global warming adalah dilakukan penanaman sebanyak mungkin pohon, selama ini program penghijauan telah banyak dilakukan namun belum menampakkan keberhasilan. Hal itu disebabkan program penghijauan yang dilakukan selama ini masih mengalami banyak kekurangan (Prihanta, 2006). Dalam rangka mitigasi global warming, harus dicari pola baru rehabilitasi lingkungan yang aplikatif sehingga mudah untuk dilaksanakan dan memiliki efek langsung pada penurunan suhu bumi. Menyadari kondisi tersebut perlu dicari solusi yang efektif untuk mengurangi efek dari global warming. 

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Global Warming

Global warming dapat didefinisikan sebagai naiknya suhu permukaan bumi menjadi lebih panas selama beberapa kurun waktu yang disebabkan karena meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di lapisan atmosfer. Pada dasarnya fenomena pemanasan dipermukaan bumi sebenarnya merupakan gejala sistem alam yang normal untuk menghangatkan planet bumi sehingga suhu bumi tidak menjadi dingin bahkan membeku seperti pada jaman es yang pernah terjadi 15.000 tahun lalu (Miler, 1979: Yasuhiro, 2007).

B. Gas-Gas Penyebab Efek Rumah kaca

Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktifitas manusia. Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik; pernafasan hewan dan manusia dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan) (Anonymous, 2008).

Global warming sudah sejak lama terjadi karena peningkatan lapisan gas yang menyelimuti bumi dan berfungsi sebagai lapisan seperti rumah kaca. Gas rumah kaca terdiri atas CO2 (55%), sisanya berupa NOx, SO2, O3, CH4 dan uap air. Lapisan tersebut menyebabkan terpantulnya kembali sinar panas infra merah A yang datang bersama sinar matahari, sehingga panas bumi mencapai 130C. Semakin besar gas rumah kaca, akan semakin meningkatkan suhu bumi. CO2 di atmosfer saat ini mencapai 300 ppm dan diperkirakan akan meningkat menjadi 600 ppm pada 2060 akibat berbagai aktifitas alamiah dan diperparah dengan aktifitas manusia (Suryani, 2007). Karbondioksida adalah penyumbang gas rumah kaca terbesar. Pada tahun 1994, 83% penyumbang gas efek rumah kaca adalah CO2, sisanya 15% CH4, N2O, dan CO (Fadeli, 2004).

C. Global warming dan Perubahan Iklim

Secara alamiah panas matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan diserap oleh permukaan bumi, sementara sebagian lagi akan dipantulkan kembali ke luar angkasa. Adanya lapisan gas yang disebut gas rumah kaca yang berada di atmosfer menyebabkan terhambatnya panas matahari yang hendak dipantulkan ke luar angkasa menembus atmosfer. Peristiwa terperangkapnya panas matahari di permukaan bumi ini dikenal dengan istilah efek rumah kaca.

Sejak revolusi industri tahun pertengahan abad ke-18, kegiatan manusia yang menggunakan bahan bakar fosil (minyak, gas dan batubara) seperti pembangkitan tenaga listrik, kegiatan industri, penggunaan alat-alat elektronik, dan penggunaan kendaraan bermotor, pada akhirnya akan melepaskan sejumlah emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Hal ini berakibat pada meningkatnya jumlah gas rumah kaca yang berada di atmosfer yang kemudian menyebabkan meningkatnya panas matahari yang terperangkap di atmosfer. Peristiwa ini pada akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu di permukaan bumi, yang umum disebut global warming. Global warming kemudian pada prosesnya menyebabkan terjadinya perubahan seperti meningkatnya suhu air laut, yang menyebabkan meningkatnya penguapan di udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara. Perubahan-perubahan ini pada akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan iklim. 

Berdasarkan penelitian para ahli, perubahan iklim diketahui akan menimbulkan dampak-dampak yang merugikan bagi kehidupan umat manusia. Kekeringan, gagal panen, krisis pangan dan air bersih, hujan badai, banjir dan tanah longsor, serta wabah penyakit tropis merupakan beberapa dampak akibat perubahan iklim. Oleh karena itu, demi kelangsungan hidup manusia kita harus segera berupaya mengurangi kegiatan yang mengeluarkan emisi gas rumah kaca guna menghambat laju terjadinya perubahan iklim.

Perubahan iklim muncul akibat dari pemerataan energi bumi yang tidak tetap dengan adanya perputaran/revolusi bumi mengelilingi matahari selama kurang lebih 365 hari serta rotasi bumi selama 24 jam. Hal tersebut menyebabkan radiasi matahari yang diterima berubah tergantung lokasi dan posisi geografi suatu daerah. Daerah yang berada di posisi sekitar 23,50 Lintang Utara – 23,50 Lintang Selatan, merupakan daerah tropis yang konsentrasi energi suryanya surplus dari radiasi matahari yang diterima setiap tahunnya.

Di Indonesia, pengaruh global warming telah menyebabkan perubahan iklim, antara lain terlihat dari curah hujan di bawah normal, sehingga masa tanam terganggu, dan meningkatnya curah hujan di sebagian wilayah. Kondisi tata ruang, daerah resapan air, dan sistem irigasi yang buruk semakin memicu terjadinya banjir, termasuk di area persawahan. Sebagai gambaran, pada 1995 hingga 2005, total tanaman padi yang terendam banjir berjumlah 1.926.636 hektar. Dari jumlah itu, 471.711 hektar di antaranya mengalami puso. Sawah yang mengalami kekeringan pada kurun waktu tersebut berjumlah 2.131.579 hektar, yang 328.447 hektar di antaranya gagal panen (Busyairi, 2007).

D. Dampak Global Warming Terhadap Kehidupan

Perubahan iklim dalam prosesnya terjadi secara perlahan sehingga dampaknya tidak langsung dirasakan saat ini, namun akan sangat terasa bagi generasi mendatang. Dampak perubahan iklim bagi Indonesia antara lain: Kenaikan temperatur dan berubahnya musim, naiknya permukaan air laut, dampak perubahan iklim terhadap sektor perikanan, dampak perubahan iklim terhadap sektor kehutanan,. dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian, dan dampak perubahan iklim terhadap kesehatan (Mufid A. Busyairi, 2007).

Menurut Pratiwi Sudarmono (2007), global warming dapat menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Dengan adanya perubahan iklim berubah pula pola hujan, pola tanam, sirkulasi air dan sebagainya. Bila berbagai perubahan tersebut tidak disertai dengan kemampuan adaptasi manusia dan mahluk hidup lainnya. Maka akan mempengaruhi munculnya berbagai penyakit. Sebagai contoh, perubahan iklim akan dapat menyebabkan masa inkubasi nyamuk malaria dan demam berdarah menjadi pendek. Sehingga nyamuk malaria dan demam berdarah bisa berkembang dengan cepat.

E. Mitigasi Global Warming

Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbonnya di tempat lain, cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca (Anonymous, 2008).

Mitigasi global warming dapat dilakukan dengan mengurangi emisi gas rumah kaca. Produksi emisi terbesar adalah kegiatan industri maupun kegiatan lain yang menggunakan bahan bakar fosil untuk melakukan aktifitasnya. Mitigasi dengan menurunkan produksi emisi tidaklah mudah, sebab Negara-negara besar penghasil emisi yaitu Prancis, Itali, Belanda, Rusia, Jepang, Kanada, dan AS tak menunjukkan sikap yang serius untuk mengatasi masalah pemanasan bumi (global warming) yang kondisinya . Bahkan AS, negara industri terbesar tak mau tunduk pada Protokol Kyoto (Ismail, 2002).

F. Mitigasi Global Warming dengan Rehabilitasi Tumbuhan

Gas Rumah Kaca terbesar adalah karbondioksida, dimana karbondioksida dihasilkan sebagai hasil proses alamiah dalam proses respirasi dan juga dari berbagai akatifitas manusia non respirasi. Karbondioksida memiliki peranan menyerap anas sehingga penumpukan dalam jumlah besar akan berakibat meningkatnya suhu bumi. Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya (Anonymous, 2008).  

Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbondioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbonnya di tempat lain, cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.

Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Mekanisme penyerapan karbondioksida adalah melalui proses fotosintesis, dimana karbondioksida diserap oleh tumbuhan dari udara dan bereaksi dengan air membentuk karbohidrat. (Seputro, 1994). Secara kimiawi proses tersebut digambarkan sebai berikut. CO2 + H2O C6H12O6, proses tersebut dibantu dengan sinar matahari dan terjadi pda klorofil daun. Dengan mekanisme ini maka secara alamiah pohon memiliki kemampuan mengurangi karbon dioksida di udara.

Kondisi tumbuhan sebagai cara mitigasi telah mengalami banyak kerusakan. Dephut mempunyai tiga data yang terbagi dalam tiga periode, yakni periode 1985-1997 dengan tingkat kerusakan 1,87 juta hektar/tahun, tahun 1997-2000 tingkat kerusakannya 2,83 juta hektar/ tahun, dan tahun 2000-2005 tingkat kerusakan hutannya 1,188 juta hektar/tahun. Secara total sebenarnya hutan yang terdegradasi seluas 59,6 juta hectare (Sinar Harapan, 2007). Untuk mengembalikan tumbuhan dan perbaikan lahan telah banyak dilakukan penanaman dengan istilah rehabilitasi tumbuhan. Sebagai contoh adalah Program Indonesia menanam 2008 yang ditetapkan dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2008 tentang Hari Menanam Pohon Indonesia . Selanjutnya dilaksanakan dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.377/Menhut-II/2008. 

Rehabilitasi lingkungan yang dilakukan saat ini masih memiliki beberapa kekurangan, selama ini program penghijauan telah banyak dilakukan namun belum menampakkan keberhasilan. Hal itu disebabkan program penghijauan yang dilakukan selama ini masih mengalami banyak kekurangan. Kekurangan yang teridentifikasi adalah: Pertama: pemilihan waktu yang tidak tepat. Biasanya penghijauan dilakukan pada bulan Pebruari setelah bencana banjir dan tanah longsor terjadi dimana-mana. Padahal musim hujan hampir berakhir, dengan demikian setelah hujan berakhir tumbuhan mati kekeringan. Kedua: pemilihan tumbuhan tidak memperhatikan kondisi iklim (ketinggian dan suhu) setempat. Hal tersebut dapat dilihat dari jenis tumbuhan sumbangan masyarakat tanpa sebuah kriteria. Ketiga: kegiatan sangat bersifat ceremonial dan kolosal namun tidak ada jaminan keberlanjutan, sehingga setelah penanaman tidak pernah ada monitoring (Prihanta, 2006).

BAB III
PENUTUP

Solusi yang Ditawarkan: Global warming telah menjadi permasalahan dunia (Suryani, 1997). Hal ini dipicu akibat dari gas rumah kaca yang menumpuk di atmosfer bumi. Karbondioksida adalah penyumbang gas rumah kaca terbesar, yaitu sebesar 83% (Fadeli, 2004). Untuk itu cara efektif untuk mitigasi global warming adalah mengurangi CO2 di atmosfer (Busyairi, 2007). Ada dua cara untuk mengurangi CO2 di atmosfer yaitu mengurangi produksi terutama oleh industri dan menyerap CO2 yang sudah berada di atmosfer dengan penanaman tumbuhan, karena tumbuhan memiliki kemampuan menyerap CO2 dari udara (Susilo, 2008). 

Mitigasi dengan menurunkan produksi emisi tidaklah mudah, sebab negara-negara besar penghasil emisi yaitu Prancis, Itali, Belanda, Rusia, Jepang, Kanada, dan AS) tak menunjukkan sikap yang serius untuk mengatasi masalah pemanasan bumi (global warming) yang kondisinya. Bahkan AS, negara industri terbesar tak mau tunduk pada Protokol Kyoto (Ismail, 2002). Untuk itu mitigasi yang dapat dilaksanakan adalah melakukan rehabilitasi tumbuhan, mengingat global warming juga di picu oleh kerusakan hutan. Namun demikian kegiatan rehabilitasi tumbuhan saat ini perlu di cari pola baru karena rehabilitasi yang dilakukan selama ini masih nampak kekurangan (Prihanta, 2006). 

Berdasarkan kenyataan di atas perlu dilakukan pembaharuan strategi rehabilitasi yang selama ini dilakukan parsial yaitu hanya kegiatan menanam. Lingkungan adalah sebuah sistem yang saling berkaitan, untuk itu strategi rehabilitasi harus dilakukan dengan melakukan kegiatan konservasi tumbuhan yang telah ada, memperbaiki strategi rehabilitasi tumbuhan dan konservasi menyeluruh pada satwa penyebar tumbuhan karena memiliki fungsi ekologi dalam penyebaran biji yang menunjang keberhasilan rehabilitasi.


DAFTAR PUSTAKA
  • Ahmadi Susilo, 2008. Penghijauan Kota Secara Konseptual untuk Mengurangi Emisi Karbon. Pusat Studi Lingkungan Universitas Wijaya Kusuma. a Cipta. Jakarta.Surabaya.
  • Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rinek.
  • Departemen Kehutanan. 2007. Panduan Kegiatan Aksi Penanaman Serentak Indonesia dan Pekan Pemeliharaan Pohon Menyongsong Pertemuan Internasional Tentang Perubhan Iklim Global Di Bali
  • Dwijo Seputro. 1994. Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia. Jakarta.
  • Eisma, D (ed), 1995. Climate Change: Impact on coastal habitation. CRC Press Inc., USA.
  • Fadeli, C.2004. Perhutanan Kota. Fakultas Kehutanan UGM, Jogyakarta.
  • Fakuara, et al, 1987. Mekanisme Reaksi dan Laju Reaksi pada Reaksi Kimia yang Terjadi Di Alam.PT.Gramedia. Jakarta.
  • Johnson, Kennet D.1984. Biology An Introduction, The Benyamin/Cummings Publishing Company, Menlo Park Inc, Miles dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia – Press. Jakarta.
  • Jones and Luchsinger, 1987. Plant Systematics, McGraw Hill, Singapore.
  • Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2008 tentang Hari Menanam Pohon Indonesia.
  • Mufid A. Busyairi, 15 Mei 2007. Global warming dan Keamanan Pangan Indonesia, Tempo interaktif.
  • Polunin, Nikolas. 1994, Pengantar Geografi Tumbuhan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
  • Pratiwi Sudarmono, 2007. Pengaruh Pemanasan Global pada Kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia, Makalah Seminar Ancaman Pemanasan Global dan Perubahan Iklim.Jakarta.
  • Prihanta,Wahyu. 2007. Strategi Pusat Studi Lingkngan dan Kependududkan Universitas Muhammadiyah Malang dalam Rangka Perang Menyeluruh Terhadap Global Warming. Seminar Nasional BKPSL.
  • Prihanta,Wahyu. 2007. Strategi Perlindungan Tanaman Tepi Jalan untuk Penyelamatan Lingkungan Menyeluruh, Sosialisasi Kebijakan Lingkungan Hidup Tahun 2007. DKLH Kota Batu.
  • Prihanta,Wahyu. 2006. Rehabilitasi Lingkungan Integratif dan Kontinu, Seminar Regional, Pusal Studi Lingkungan dan Kependudukan Universitas Muhammadiyah Malang, Mei 2007.Malang.
  • Soerjani, Arief Yuwono, dan Dedi Fardiaz, 2007, Lingkungan Hidup, Pendidikan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kelangsungan Pembangunan, Jakarta, Yayasan Institut Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan.


Makalah atau artikelnya sudah di share, makasih ya !

Mau Makalah Gratis! Silahkan Tulis Email Anda.
Print PDF
Previous
Next Post »
Copyright © 2012 Aneka Makalah - All Rights Reserved