Aneka Ragam Makalah

Makalah Faktor-Faktor Psikis Terhadap Proses Dan Hasil Belajar



Jika bermanfaat, Mohon di Share ya !. kalau sempat sumbang tulisannya ya !
BAB I
PENDAHULUAN
Makalah Faktor-Faktor Psikis
Yang Berpengaruh Terhadap Proses Dan Hasil Belajar

Untuk memahami kegiatan yang disebut “belajar”, perlu dilakukan analisis untuk menemukan persoalan-persoalan apa yang terlibat di dalam kegiatan belajar itu. Dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses sudah barang tentu harus ada yang diproses (masukan atau input), dan hasil pemerosesan (keluaran atau out put).

Di dalam proses belajar mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukan atau input adalah siswa yang memiliki karaktristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis. Mengenai , fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya panca inderanya, dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah perhatian, kognitif, afektif dan motivasi.

Yang termasuk instrumental input atau faktor-faktor yang disengaja dirancang yaitu kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Di dalam keseluruhan system maka instrumental input merupakan factor yang sangat penting dan paling menentukan dalam pencapai hasil yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses belajar mengajar itu akan terjadi di dalam diri pelajar.

Di dalam pembahasan makalah ini, akan membahas tentang : Prinsip dasar belajar mengajar, Hasil belajar sebagai tujuan, Karakteristik hasil belajar yang di harapkan, dan Aspek psikis faktor penentu keberhasilan belajar.

BAB II
PEMBAHASAN
Makalah Faktor-Faktor Psikis
Yang Berpengaruh Terhadap Proses Dan Hasil Belajar

1. Prinsip Dasar Proses Belajar Mengajar

a. Prinsip-prinsip Belajar
Dari beberapa teori yang dikemukakan oleh ahli bisa dirangkum prinsip-prinsip belajar antara lain sebagai berikut :

a. Belajar akan berhasil jika disertai kemaian dan tujuan tertentu.
b. Belajar akan lebih berhasil jika disertai berbuat, latihan dan ulangan.
c. Belajar akan lebih berhasil jika member sukses yang menyenangkan.
d. Belajar lebih berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan aktivitas belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidup.
e. Belajar lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari dipahami, bukan sekedar menghafal fakta.
f. Dalam proses belajar memerlukan bantuan dan bimbingan orang lain.
g. Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si pelajar.
h. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.[1]

b. Prinsip Dasar Proses Belajar Mengajar
Menurut Moh. Uzer Usman, proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbale balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.[2]

Belajar dan mengajar merupakan proses kegiatan komunikasi dua arah. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang integral (terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dan guru sebagai pengajar yang mengajar. Kemampuan mengelola proses belajar mengajar adalah kesanggupan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antar pendidik peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotorik, sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran.

Guru sebagai fasilitaor dalam proses belajar mengajar bertugas menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien. Sebelum mengajar, guru harus merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis, sehingga dapat terampil dalam proses belajar mengajar. Beberapa kriteria yang bisa digunakan dalam menilai proses belajar mengajar antara lain adalah sebagai berikut[3] :

a. Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum.
b.Keterlaksanaannya oleh guru.
c. Keterlaksanaannya olh siswa.
d. Morivasi belajar siswa.
e. Keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar.
f. Interaksi guru-siswa.
g.Kmampuan atau keterampilan guru mengajar.
h.Kualitas hasil belajar yang dicapai siswa.

2. Hasil Belajar Sebagai Tujuan
Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pengajaran. Oleh sebab itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Pendapat ini sejalan dengan teori belajar belajar di sekolah dari Blomm yang mengatakan ada tiga variable utama dalam teori belajar di sekolah, yakni karakteristik individu, kualitas, dan hasil belajar siswa. Sedangkan Carrol berpendapat bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi lima faktor, yakni (a). Bakat pelajar, (b). Waktu yag tesedia untuk belajar, (c). Waktu yang diperlukan untuk menjelaskan pelajaran, (d). Kualitas pengajaran, dan (e). Kemampuan individu.[4]

Dalam proses belajar individu sering mengabaikan tentang perkembangan hasil belajar selama dalam belajarnya. Penelitian menunjukkan, bahwa pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai, seseorang akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajar selanjutnya.[5]

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dari lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa sangat besar sekali pengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai, seperti yang dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70 persen dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 persen dipengaruhi oleh lingkungan.[6]

Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, social, ekonomi, dan faktor fisik dan psikis. Faktor tersebut banyak menarik perhatian para ahli pendidikan untuk diteliti, seberapa jauh kontribusi sumbangan yang diberikan oleh faktor tersebut terhadap hasil belajar siswa, merupakan hal logis da wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tinggah laku individu yang diniati dan disadarinya. Siswa harus merasakan adanya sesuatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Ia harus mengerahkan segala upaya untuk mencapainya.[7]

3. Karakteristik Hasil Belajar Yang Diharapkan

Karakteristik hasil belajar yang diharapkan ada dua aspek[8], yaitu :

a. Pengajaran Ditinjau dari Segi Prosesnya
  • Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru dengan melibatkan siswa secara sistematik, ataukah suatu proses yang bersifat otomatis dari guru disebabkan telah menjadi pekerjaan rutin ?
  • Apakah kegiatan siswa mengajar dimotivasi guru sehingga ia melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesadaran, kesungguhan dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan pengetahuan, kemampuan serta sikap yang dikehendaki dari pengajaran itu sendiri. 
  • Apakah siswa menempuh beberapa kegiatan belajar sebagai akibat penggunaan multi media yang dipakai guru, ataukah terbatas pada satu kegiatan belajar saja ?.
  • Apakah siswa mempunyai kesempatan untuk mengontrol dan menilai hasil belajar yang dicapainya ataukah ia tidak mengetahui apakah yang ia lakukan itu benar atau salah.
  • Apakah proses pengajaran dapat melibatkan semua siswa dalam kelas ataukah hanya siswa yang tertentu yang aktif belajar ?.
  • Apakah suasana pengajaran atau proses belajar mengajar cukup menyenang dan merangsang siswa belajar ataukah suasana yang mencemaskan atau menakutkan ?.
  • Apakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya, sehingga menjadi laboratorium belajar ataukah kelas yang hampa dan miskin dengan sarana belajar, sehingga tidak memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar yang optimal ?.
b. Pengajaran Ditinjau Dari Hasil Belajar
  • Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pengajaran Nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh yang terdiri atas unsure kognitif, afektif dan psikomotorik secara terpadu pada diri siswa, ataukauh hasil belajar yang bersifat tunggal dan terlepas satu sama lain, sehingga tidak membentuk satu integritas pribadi.
  • Apakah hasil belajar yang dicapai siswa dari proses pengajaran mempunyai daya guna dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, terutama dalam pemecahan masalah yang dihadapinya, ataukah suatu hasil sifatnya samar-samar sehingga tidak dapat diterapkan.
  • Apakah hasil belajat yang diperoleh siswa tahan lama diingat dan mengendap dalam pikirannya serta cukup mempengaruhi perilaku dirinya, ataukah bersifat incidental masuk dari telinga kiri dan keluar dari telinga kanan.
  • Apakah yakin bahwa perubahan yang ditujukan oleh siswa merupakan akibat dari proses pengajaran, ataukan perubahan itu sebagai akibat lain di luar proses pembelajaran .
Penilaian hasil belajar sebagai salah satu komponen dari peenilaian, akan lebih efektif bila mengikuti peraturan-peraturan berikut[9] :

a. Jelas merinci apa yang akan dinilai yang menjadi prioritas dalam proses penilaian.
b.Suatu prosedur peenilaian haruslah diseleksi karema berkaitan dengan karakteristik atau unjuk kerja yang diukur.
c. Penilaian yang komprehensif membutuhkan beraneka prosedur.
d. Penilain membutuhkan pengetahuan mengenai keterbatasannya.
e. Penilaian merupakan suatu cara untuk mendapatkan apa yang akan diinginkan, bukan akhir dari prose situ sendiri.

Karakteristik Perubahan Hasil Belajar, yaitu Perubahan Intnsional, perubahan positif-aktif, dan perubahan efektif fungsional.[10]

a. Perubahan Intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karaktristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau sekurang-kurangnya ia merasakan perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kbiasaan, sikap dan pandangan tertentu, keeterampilan dan seterusnya. Sehubungan dengan itu, perubahan yang diakibatkan mabuk, gila, dan lelah tidak termasuk dalam karakteristik belajar, karena individu tersebut tidak menyadari atau tidak mennghendaki keberadaannya.

b. Perubahn Positif-Aktif
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, brmanfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperoleehnya sesuatu yang baru (pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih baik dari pada yang sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan (misalnya, bayi yag bisa merangkak setelah bisa duduk) tetapi karena usaha siswa itu sendiri.

c. Perubahan Efektif-Fungsional
Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni beerhasil guna. Artinya perubahan tersebut membawa pengaruh, bernakna, dan manfaat tertentu bagi siswa. Seelain itu, perubahan belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relative menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsioanl diharapkan memberikan manfaat yang luas misalnya ketika siswa menempuh ujian dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sehari-hari dalam mempertahankan kehidupannya.

Selain itu perubahan yang efektif dan fungsional biasanya bersifat dinamis dan mendorong timbulnya perubahan-perubahan positif lainnya. Sebagai contoh jika seorang siswa belajar menulis, maka disamping akan mampu merangkaikan kata dan kalimat dalam bentuk tulisan, ia , juga akan dapat memperoleh kecakapan lainnya seperti membuat catatan, mengarang surat, dan bahkan menyusun karya sastra atau karya ilmiah.

4. Aspek Psikis Faktor Penentu Keberhasilan Belajar
Aspek psikis adalah kondisi rohaniah siswa dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial adalah tingkat kecerdasan/intelegensi, sikap, minat dan motivasi.[11] Faktor-faktor psikis memang sangat menentukan di dalam belajar. Diantara faktor-faktor psikis yang menentukan keberhasilan dalam belajar, yaitu[12] :

1) Perhatian
Pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek atau banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas yang dilakukan dinamakan perhatian. Dilihat banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas, perhatian bias dibedakan menjadi :

- Perhatian Intensif
- Perhatian Tidak Intensif

Makin intensif perhatian belajar makin berhasillah belajar, oleh karenanya materi dan penyampaian sebaiknya mampu menimbulkan perhatian yang intensif. Dilihat dari timbulnya perhatian bias dibedakan menjadi :

- Perhatian Spontan
- Perhatian Reflektif

Perhatian jenis pertama timbul seakan-akan tanpa disengaja, sedang jenis kedua timbul karena usaha. Apabila dipandang dari luasnya obyeknya perhatian bias dibagi menjadi :

- Perhatian Konsentratif
- Perhatian Distributif

Guru mempunyai tugas mengatur lingkungan.kelas sedemikian rupa, sehingga memungkinkan suburnya perhatian konsentratif dalam setiap proses belajar mengajar berlangsnng.

Satu hal lagi yang sangat penting dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan aktivitas belajar, adalah hal-hal yang menarik perhatian. Secara gelobal dapat dibedakan menjadi:

- Hal-hal yang keluar dari konteksnya
- Hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan individu, kegemaran, pekerjaan, keahlian, dan sejarah hidup serta kelompoknya.

Orang dewasa dan guru akan lebih baik jika senantiasa menyadari hubungan antara suatu materi yang dipelajari anak dengan cita-citanya, pekerjaan, dan pemenihan kebutuhan nati setelah dewasa, dan bila guru membuat diktat, ringkasan atau membimbing anak membaca buku ada manfaatnya membiasakan mereka dengan menandai kalimat/kata-kata penting tertentu, misalnya dengan garis bawah, tulisan tebal, tulisan miring diantara tulisan tegak lainnya.

2) Kognitif

a. Pengamatan
Pengamatan ialah suatu daya jiwa untuk memasukkan kesan dari luar melalui/dengan menggunakan alat indera, seperti : melihat, mendengar, mencium, meraba sesuatu dan sebagainya. Pengamatan merupakan dasar bagi setiap pengalaman dan pengetahuan seseorang. Fungsi pengamatan ini disebut fungsi reseptif dan berlaku pada masa sekarang.[13]

Secara umum manusia mengenal dunia nyata melalui pengamatan yaitu dengan melihat, mendengar, membau, mengecap, dan meraba. Maka tidak mengherankan bila kelompok aliran jiwa Gestalt menyatakan bahwa panca indra adalah pintu gerbang ilmu pengetahuan yang penting dan mutlak mempunyai pengaruh terhadap belajar. Salah satu bukti misalnya orang tua yang hanya kurang satu panca indra dari lima panca indra ternyata lamban dalam belajar, meskipun sudah ada bantuan huruf braile.

Ada 4 faktor yang memungkinkan terjadinya suatu pengamatan, yaitu : perangsang (stimulus benda yang diamati), alat indera, otak dan perhatian.

b. Tanggapan Dan Fantasi
Bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah melakukan pengamatan bias disebut tanggapan, sedangkan daya untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru berdasarkan tanggapan0tanggapan yang sudah ada dinamakan fantasi.

Pentingnya tanggapan dalam belajar bisa kita lihat kembali pandangan Herbert, ia menganggap jiwa manusia terdiri elemen-elemen kecil berupa tanggapan, belajar tidak lain adalah mengumpulkan tanggapan-tanggapan sebanyak-banyaknya.

Fantasi adalah daya jiwa untuk menciptakan tanggapan-tanggapan atau kesan-kesan yang baru dengan bantuan tanggapan-tanggapan yang sudah ada.

Sedangkan fantasi kita pun bisa membuktikan pentingnya, dengan fantasi memungkinkan orang menempatkan diri dalam hidup kepribadian orang lain, memungkinkan manusia melepaskan diri dari waktu dan tempat serta memungkinkan manusia untuk menciptakan sesuatu yang dituju. Hingga dengan fantasi manusia bisa belajar sejarah dan bisa belajar mengarang, mencipta, merancang, dan sebagainya.

Di dalam fungsinya daya fantasi menyertai daya pengamatan dan daya berpikir manusia. Di dalam penyertaan terhadap pengamatan, fantasi kadang-kadang membantu diperolehnya hasil pengamatan yang baik, tetapi kadang-kadang bisa juga merusak/mengacaukan proses dan hasil pengamatan.

c. Ingatan
Kesan-kesan yang tertinggal dari pengamatan di dalam diri manusia yang berupa tanggapan-tanggapan maupun pengertian itu disimpan untuk sewaktu-waktu dikeluarkan lagi. Daya untuk menyimpan dan mengeluarkan kesan-kesan itu disebut daya ingatan.

Sifat-sifat ingatan tiap-tiap orang berbeda-beda. Ada orang yang dapat menyimpan kesan-kesan dalam waktu yang lama tidak cepat dilupakan dan ada yang sebaliknya. Ada yang mudah mengingat pada waktu bilamana saja dan di mana saja, tetapi ada juga yang sukar mengingat sesuatu, jika tidak pada waktu dan tempat tertentu.

Batasan ingatan yang terbanyak diutarakan ahli jiwa adalah mencamkan kesan-kesan, menyimpan dan memproduksikan. Perencanaan tersebuta akan sanagt dibantu antara lain oleh pembagian waktu yang tepat, metode yang cocok, pemakaian bagan, ikhtisar, dan table-tabel. Secara keseluruhan ingatan sanagt membantu belajar, manusia hampir tidak pernah belajar tanpa bantuan ingatan bahan yang mendahuluinya.

Mengingat dengan maksud agar ingat tentang sesuatu, belum termasuk sebagai aktivitas belajar. Mengingat yang tidak didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi mengingat itu berhubungan dengan aktivitas-aktivitas belajar lainnya.[14]

d. Berpikir
Berpikir adalah aktivitas jiwa dengan arah yang ditentukan oleh masalah yang dihadapi. Proseesnya diawali dengan pembentukan pengertian, diteruskan pembentukan pendapat dan diakhiri oleh penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan. Cepat lambatnya berpikir bagi individu sanngat besar pengaruhnya terhadap belajar, terutama belajar jenis pemecahan masalah. Adapun yang menjadi obyek serta tujuannya, berpikir adalah aktivitas belajar. Dengan berpikir, orang memperoleh penemuan baru, setidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan sesuatu.[15]

3) Faktor Afektif
Afektif meliputi perasaan, emosi, dan suasana hati. Dalam keadaan stabil dan normal perasaan sangat menolong individu melakukan perbuatan belajar, tetapi dengan perasaan intensitas sedemikian tinggi, sehingga pribadi kehilangan control yang normal terhadap dirinya, misalnya takut, marah, bingung, putus asa atau sangat gembira, ini semua sangat menghambat proses belajar, sedangkan keadaan efektif individu yang lebih bersifat tetap bisa disebut suasana hati dan secara garis besar bisa dibedakan menjadi suasana perasaan riang dan suasana perasaan murung. Yang disebutkan pertama membantu belajar, sedang yang terakhir sangat mengganggu perbuatan belajar.

4) Faktor Motivasi
Keadaan jiwa individu yang mendorong untuk melakukan suatu perbuatan guna mencapai suatu tujuan bisa disebut motivasi. Motivasi dikatakan murni bila diri individu ada keinginan yang kuat untuk mencapai hasil belajar itu sendiri. Secara umum. Terdapat peranan penting motivasi dalam belajar, yaitu :

a. Motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang metimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan.
b. Motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energy yang banyak dalam melaksanakan kegiatan belajar.[16]

Dalam buku belajar dan pembelajaran Ali Imran (1996), mengemukakan enam unsure atau factor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran keenam factor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Cita-cita/ aspirasi pembelajar.
b. Kemampuan pembelajar.
c. Kondisi pembelajar.
d. Kondisi lingkungan pembelajar.
e. Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajar.
f. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar

Dalam upaya memotivasi ada empat cara,yaitu :

a. Mengoptimalkan prinsip-prinsip belajar.
b. Mengoptimalkan unsure-unsur belajar.
c. Mengoptimalkan pemanfaatan upaya guru dalam membelajarkan pembelajar..
d. Mengembangkan aspirasi dalam belajar.

Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi instrinsik dan motivasi ekstinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu tanpa adanya rangsangan dari luar, sedangkan motivasi ektrinsik adalah motivasi yang dating dari luar, misalnya pemberian pujian, pemberian nilai sampai pemberian hadiah dan faktor-faktor eksternal lainnya yang memiliki daya dorong motivasional.[17]

Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai ARCS model yaitu Attention (perhatian), Relevansi (Relevansi), Confidence (keprcayaan diri), dan Satisfaction (kepuasaan). Dalam proses dan pem belajaran, kempat kondisi motivasional tersebut sangat penting dipraktekkan untuk trus dijaga sehingga motivasi siswa terplihara selama proses belajar dan pembelajaran beerlangsung.[18]

Attention (perhatian), yaitu dorongan ingin tahu. Rasa ingin tahu seseorang ini muncul karena dirangsang melalui elemen-elemn baru, aneh, baru lain dengan yang sudah ada, dan kotradiktif/kompleks. Terdapat beberapa strategi untuk merangsang minat dan perhatian, yaitu sebagai berikut ;

a. Gunakan metode penyampaian yang bervariasi.
b. Gunakan media untuk melengkapi pembelajaran.
c. Gunakan humor dalam pnyajian pembelajaran.
d. Gunakan pristiwa nyata, ankdot dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang diutarakan.
e. Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa.

Relevansi (Relevansi), yaitu adanya hubungan yang ditunjukkan antara materi pembelajaran, kebutuhan dan kondisi siswa. Ada tiga strategi yang dapat digunakan untuk mnunjukkan relevansi dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut :

a. Sampaikan kepada siswa apa yang dapat mereka lakukan setelah memplajari materi pembelajaran.
b. Jelaskan manfaat pengetahuan/keterampilan yang akan dipelajari.
c. Berikan contoh latihan/tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa atau profeesi tertentu.

Confidence (keprcayaan diri), yaitu merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat berintraksi dengan lingkungan. Motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk beerhasil. Ada sejumlah strategi untuk meningkatkan kepercayaan didir, yaitu sebagai berikut :

a. Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman berhasil.
b. Menyusun pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga siswa tidak dituntut mempelajari banyak konsep sekaligus.
c. Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan persyaratan untuk berhasil.
d. Menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa.
e. Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan pernyataan-pernyataan yang membangun.
f. Berikan umpan balik kontruktif selama pembelajaran, agar siswa mengetahui sejauhmana pemahaman dan prestasi belajar mereka.

Satisfaction (kepuasaan). Yaitu merupakan kepuasan kebrhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Ada sejumlah strategi untuk mencapai kepuasan, siswa akan termotivasi untuk mencapai kepuasan, yaitu sebagai berikut :

a. Gunakan pujian seecara verbal, umpan balik yang informative, bukan ancaman atau sejenisnya.
b. Berikan kesempatan kepada siswa untuk segera menggunakan/mempraktikkan pengetahuan yang baru dipelajari.
c. Minta kepada siswa yang telah menguasai untuk membantu teman-temannya yang belum berhasil.
d. Bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri di masa lalu dengan suatu standar tertentu, bukan dengan siswa lain.

BAB III
PENUTUP
Makalah Faktor-Faktor Psikis Terhadap Proses Dan Hasil Belajar

Prinsip-prinsip belajar yaitu : Belajar akan berhasil jika disertai kemaian dan tujuan tertentu, Belajar akan lebih berhasil jika disertai berbuat, latihan dan ulangan, Belajar akan lebih berhasil jika member sukses yang menyenangkan, Belajar lebih berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan aktivitas belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidup, Belajar lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari dipahami, bukan sekedar menghafal fakta, Dalam proses belajar memerlukan bantuan dan bimbingan orang lain, Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si pelajar, Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.

Belajar dan mengajar merupakan proses kegiatan komunikasi dua arah. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang integral (terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dan guru sebagai pengajar yang mengajar. Kemampuan mengelola proses belajar mengajar adalah kesanggupan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antar pendidik peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotorik, sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran.

Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pengajaran. Oleh sebab itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Karakteristik hasil belajar yang diharapkan ada dua aspek, yaitu : Pengajaran Ditinjau dari Segi Prosesnya, pengajaran ditinjau dari segi hasil belajar. Diantara faktor-faktor psikis yang menentukan keberhasilan dalam belajar, yaitu perhatian, kognitif, afektif dan motivasi.

DAFTAR PUSTAKA
  • Evelin , Hartini Nara, Teori Belajar Dan Pembelajaran, Bogor : Ghalia Indonesia, 2010.
  • Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Semarang : Pustaka Pelajar, 2008.
  • Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Karya, 1988.
  • Sabri, Ahmad, Quantum Teaching, Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Ciputat Press, 2010.
  • Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Malang : Rineka Cipta, 1990.
  • Subrata, Surya, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta : Rineka Cipta, 1997.
  • Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, Remaja Rosda Karya, 2005.
  • Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta, Raja Grafindo, Edisi 9, 2009
  • Winansih, Varia, Diktat Psikologi Pendidikan, Medan : IAIN, 2005.
--------------
[1]Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang : Pustaka Pelajar, 2008), h. 69
[2]Surya Subrata, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), h. 19
[3] Nana, Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, Remaja Rosda Karya, 2005.
[4]Ahmad Sabri, Quantum Teaching, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Ciputat Press, 2010), h. 45-46
[5] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Malang : Rineka Cipta, 1990), h. 111
[6] Ahmad Sabri, h. 45
[7]Ibid.
[8] Ibid, h. 38-44
[9]Evelin, Hartini Nara, Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010), h. 145
[10]Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Raja Grafindo, 2005), h. 117-119
[11]Varia Winansih, Diktat Psikologi Pendidikan, (Medan : IAIN, 2005), h. 18
[12] Mustaqim, Psikologi Pendidikan, h. 71-77
[13]Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Karya, 1988), h. 39
[14]Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, h. 111
[15]Ibid.
[16]Evelin , Hartini Nara, Teori Belajar Dan Pembelajaran, h. 51
[17] Ibid, h. 57
[18]Ibid, h. 142-143


Makalah atau artikelnya sudah di share, makasih ya !

Mau Makalah Gratis! Silahkan Tulis Email Anda.
Print PDF
Previous
Next Post »
Copyright © 2012 Aneka Makalah - All Rights Reserved