Aneka Ragam Makalah

Agama dan Sekularisme



Jika bermanfaat, Mohon di Share ya !. kalau sempat sumbang tulisannya ya !
AGAMA DAN SEKULARISME. Menurut kamus bahasa Indonesia “Sekular” artinya bersifat duniawi kebendaan. bagaimanakah sekularisme itu dalam pandangan agama islam? Ketika itu agama menjadi macet disebabkan etnis, nasionalisme atau modernisasi dan beberapa kesalahpahaman umum sekitar paradigma sekularisasi yang menduganya dengan penyebaran ateisme

Para ahli sosiologi mengkaji hubungan antara agama dan perubahan sosial. Sehingga terkesan bahwa agama menghambat perubahan sosial. Pandangan ini tercermin dalam sebuah ungkapan “bahwa agama adalah candu masyarakat”, bahwa karena ajaran agamalah maka rakyat menerima begitu saja nasib buruk mereka dan tidak tergerak untuk berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan. Pandangan ini ditentang oleh sosiolog yang lain yang menunjukkan bahwa dalam masyarakat kaum agama merupakan kaum revolusioner yang memimpin gerakan sosial untuk mengubah masyarakat.

Pengertian

Kata-kata “Sekuler” dan “sekularisasi” berasal dari bahasa Barat (Inggris, Belanda, dan lain-lain).[1] Menurut kamus bahasa Indonesia “Sekular” artinya bersifat duniawi kebendaan (bukan bersifat keagamaan atau kerohanian).[2] Kata sekuler yang di adopsi dari kata latin “Seaculum, pada mulanya berarti “masa atau “ generasi” dan juga memiliki arti konotasi rangkap ditandai dengan waktu yang tepat. Dalam bahasa Prancis, laïcité, yang juga berarti sekularisme, tetapi makna aslinya menunjuk pada pengertian “masyarakat biasa“, mereka yang bukan kelompok pendeta.[3] Waktu menunjukkan pengertian sekarang atau pada masa kini, dan waktu menunjukkan pada pengertian dunia atau duniawi. Tekanan maknanya terletak pada suatu waktu tertentu atau periode tertentu di dunia yang dipandang sebagai suatu proses sejarah.[4]

Sekulerisasi, menurut Harun Nasution adalah proses penduniawian, yaitu proses melepaskan hidup duniawi dari kontrol agama, dengan demikian sekulerisasi adalah proses melepaskan diri dari agama dan bisa berakibat/mengarah kepada ateisme.[5]

Harvey Cox menerangkan perbedaan antara Sekularisasi dengan Sekularisme sebagai berikut:

Bagaimanapun, sekularisasi sebagai istilah deskriptif mempunyai arti yang luas dan mencakup. Ia muncul dalam samaran-samaran yang berbeda-beda, tergantung kepada sejarah keagamaan dan politik suatu daerah yang dimaksudkan. Namun, di mana pun ia timbul, ia harus dibedadkan dari sekularisme. Sekularisasi menunjukkan adanya proses sejarah, hampir pasti tidak mungkin diputar kembali, di mana masyarakat dan kebudayaan dibebaskan dari kungkungan atau asuhan pengawasan keagamaan dan pandangan dunia metafisis yang tertutup. Sekularisasi pada dasarnya perkembangan pembebasan. Sedangkan Sekularisme adalah nama untuk suatu idiologi, suatu pandangan dunia baru yang tertutup yang berfungsi sangat mirip sebagai “agama baru”(Sekularism is the name for an ideology, a new closed world view which fungtion very much like a new religion).[6]

Juga sekularisme adalah suatu paham, yaitu paham keduniawian,suatu paham yang tertutup, suatu system idiologi tersendiri dan lepas dari agama atau penolakan adanya kehidupan lain di luar kehidupan duniawi ini. [7]

Dalam ensiklopedi Britama disebutkan bahwa sekulerisme merupakan gerakan

kemasyarakatan yang bertujuan memalingkan manusia dari kehidupan akhirat dengan semata-mata berorientasi kepada dunia.[8]

Sebagai sebuah paham, sekulerisme mengatakan bahwa kehidupan duniawi ini adalah mutlak dann terakhir tidak ada kehidupan sesudahnya yang biasanya agama-agama menyebutnya dengan akhirat (hari kemudian, hari kebangkitan, dan sebagainya)[9]
Proses Lahirnya Sekularisasi dan perkembangannya.

Sekularisme atau proses sekularisasi berasal dari pengalaman sejarah eropa. Hal ini berarti pemisahan secara bertahap” hampir semua aspek kehidupan dan pemikiran dari perkumpulan-perkumpulan dan tujuan-tujuan kependetaan”, suatu proses yang berkembang di Inggris pada abad ke enam belas dengan peralihan kekuasaan politik dari arena keagamaan ke negara dan dalam kasus hukum dari kehakiman yang religius ke sekular.[10]

Faktor lain yang menyebabkan sekularisasi di Barat tumbuh subur adalah dalam teks injil tertulis “Biarlah kaisar mengurus yang menjadi bagiannya dan Allah mengetahui apa yang menjadi tugasnya”.[11]

Dalam pengalaman sejarah Eropa yang sangat bervariasi, proses sekularisasi hidup bersamaan dengan intensifikasi keagamaan pada tingkat persolan dan rakyat. Beberapa sosiolog berpendapat bahwa variasi-variasi ini mengindentifikasikan adanya mitologi sekularisme yang mengasumsikan adanya pada abad klasik, yang kemudian di trasnformasikan ke dalam abad sekuler; mereka berpendapat bahwa aspek-aspek sekularisme dan religiusitas hidup berdampingan, dan masih tetap hingga kini. Sekularisme tidak berarti merosotnya arti penting agama, baik pada masa praindustri maupun masa industri. Praktek dan kepercayaan agama sebagai iman, semakin tebal dan bukan semakin luntur selama sekularisari negara dan kemudian -menyusul revolusi Prancis dan Revolusi Industri.[12]

Sekularisasi merupakan sebuah proses yang panjang. Paradigma sekularisasi bukanlah sebuah konsep yang sederhana. Seorang sosiolog steve bruce dalam karyanya God is Dead : Sekularization in the West menjelaskan proses sekularisasi itu dimulai dari reformasi protestan lalu turun kepada relativisme, pembagian dalam bagian-bagian (compartmentalization) dan kebebasan pribadi (privatization). Bruce juga menyentuh kekuatan-kekuatan yang berlawanan dengan sekularisasi, ketika itu agama menjadi macet disebabkan etnis, nasionalisme atau modernisasi itu sendiri dan atas beberapa kesalahpahaman umum sekitar paradigma sekularisasi yang menduganya dengan penyebaran ateisme.[13]

Ketegasan-ketegasan sekularisasi oleh para ahli-ahli sosiolog terkemuka terletak pada beberapa teori penting sebagai berikut :

1. Auguste Comte (1798-1857), seorang sosiolog dari perancis mengemukakan konsep yang dikenal dengan hukum tiga tahap (the law of three stages) yang berisikan tahap-tahap perkembangan pikiran manusia : (a) tahap teologis ialah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia ini mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia (b) tahap metafisis, pada tahap ini manusia percaya bahwa gejala-gejala di dunia ini disebabkan. Manusia belum berusaha untuk mencari sebab dan akibat gejala-gejala tersebut (c) tahap positif, merupakan tahap dimana manusia telah sanggup untuk berpikir secara ilmiah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.[14]

2. Karl Marx (1818-83), menyatakan agama sebagai candu masyarakat.[15]

3. Emile Durkheim (1858-1917), menyatakan agama sebagai fungsi social. Ia percaya agama sebagai sistem kognitif adalah salah dan bahwa manusia

mendapatkan kebenaran melalui alam dan ilmu-ilmu social.[16]

4. Max Weber (1864-1920) bahwa kemoderenan berlandaskan rasio bukan agama karena agama telah mengecewakan dunia.[17]
Bryan Wilson, seorang sosiolog modern menyatakan bahwa kemoderenan berdasarkan kepada rasional dan sosial.[18]

Para ahli sosiologi mengkaji hubungan antara agama dan perubahan sosial. Ada yang berpendapat bahwa agama menghambat perubahan sosial. Pandangan ini tercermin dalam ucapan marx “bahwa agama adalah candu masyarakat”, menurutnya karena ajaran agamalah maka rakyat menerima begitu saja nasib buruk mereka dan tidak tergerak untuk berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan. Pandangan ini ditentang oeh sosiolog yang lain yang menunjukkan bahwa dalam masyarakat kaum agama merupakan kaum revolusioner yang memimpin gerakan sosial untuk mengubah masyarakat. Contoh yang dapat diajukan untuk mendukung pendapat demikian ialah antara lain ; berbagai gerakan perlawanan kaum ulama di tanah air terhadap penjajahan Belanda, kepeloporan para rohaniawan Katolik di Polandia terhadap rezim komunis dan gerakan para Ayatullah yang berhasil menjatuhkan rezim Shah di Iran.

Dalam banyak masyarakat, perubahan sosial sering diiringi dengan gejala sekularisasi,[19] yang oleh sebagian sosiolog seperti Giddens didefenisikan sebagai proses melalui mana agama kehilangan pengaruhnya terhadap berbagai sendi kehidupan manusia dan oleh sosiolog lain seperti Light, Keller dan Calhoun didefenisikan sebagai proses melalui mana perhatian manusia dan institusinya semakin tercurahkan pada hal duniawi dan perhatian terhadap hal yang bersifat ruhaniah semakin berkurang. Para ahli sosiolog mengemukakan bahwa proses ini seringkali memancing reaksi dari kalangan agama, yang dapat berbentuk perlawanan maupun penyesuaian diri.

Banyak penyebab perubahan sosial, antara lain; ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan penggunaannya oleh masyarakat, komunikasi dan transformasi, urbanisasi, perubahan/peningkatan harapan dan tuntutan manusia (rising demands) yang semuanya ini mempengaruhi dan mempunyai akibat terhadap masyarakat yaitu perubahan masyarakat melalui kejutan dan karenanyalah terjadi perubahan sosial yang disebut rapid social change.[20]

Akhinya yang harus kita lakukan bagaimana menggunakan seluruh infrastruktur atau fasilitas yang timbulkan oleh perubahan tadi tidak sampai menyebabkan ketergantungan kita terhadap agama putus begitu saja dan membawanya kepada arah sekularisasi. Namun justru sebaliknya masuknya suatu budaya, menjadi khasanah penghayatan tersendiri untuk lebih mempertegas terhadap kebenaran-kebenaran agama, baik secara dogmatis maupun rasional karena memang sebagaimana disimpulkan Bruce bahwa sekularisasi tidak digerakkan oleh science ataupun rasionalitas tetapi bagaimanapun disebabkan oleh pembedaan (diversity) dan pilihan masing-masing individu. [21]

Beberapa Negara Islam yang Sekuler

1. Kesultanan Turki Usmaniyah

Turki Usmaniyah sebagai kekuasaan birokrasi telah melembagakan otoritas sipil maupun agama dalam administrari negara dan dalam pribadi penguasa, sultan atau khalifah. Selama abad kesembilan belas, gerakan modernisari di seponsori oleh negara menciptakan institusi sekular yang bertujuan memperkenalkan metode belajar, sistem hukum, dan teknik-teknik militer Barat. Institusi-institusi ini, dan para elit yang menjalankannya, tidak merusak organisasi-organisasi Muslim serupa sebagai penggati mereka; yang terakhir ini tetap hidup untuk memenuhi kkebutuhan-kebutuhan penduduk Muslim. Proses reformasi ini di sebut Tanzimat atau proses reorganisasi- mendapat perlawanan sepanjang abad. Jika Turki tidak menerima peradaban Eropa secara utuh, Turki tidak akan pernah memerdekakan dirinya dari intervensi dan pengawasan eropa serta akan kehilangan harga dirinya, hak-haknya dan bahkan kemerdekaannya.[22]

2. Dunia Arab

Berbagai bentuk pemerintahan berlangsung di Dunia Muslim Arab, berkisar dari Negara Arab Saudi yang beridiologi Wahhabiyah hingga rezim sosialis sekular di Irak dan Suriah. Arab Saudi- karena hubungan yang sudah berlangsung dua abad antara keluarga Sa’ad dan gerakan reformis Wahhabiyah, memproklamasikan dirinya sebagai negara Islam. Secara teknis, penguasa-penguasanya merupakan pejabat-pejabat sekular yang memerintah sesuai dengan syariat sebagaimana ditafsirkan oleh para ulama.

3. Asia Selatan dan Tenggara

Mayoritas penduduk Muslim dunia tinggal di Asia Selatan dan Tenggara, terbentang dari Pakistan hingga Indonesia. Wilayah ini mempunyai kondisi giografis dan politik yang sangat beragam serta adanya kelompok-kelompok agama dan etnis yang harus diakomodasi oleh ummat Islam itu sendiri. Hal khususnya terjadi di India dan Malaysia yang telah memilih untuk mengintensifkan identitas-identitas nasional keagamaan sebagai lawan terhadap idiologi sekular, terutama di India, tempat gerakan sempalan Hindu telah meningkatkan tekanan pada tahun-tahun terakhir ini. Setelah kemerdekaannya, India memproklamirkan diri sebagai negara demokrasi sekular dengan identitas keagamaan tersembunyi dalam ikatan bersama nasionalisme India.

4. Iran

Satu-satunya masyarakat Muslim yang kini di perintah oleh petugas-petugas agama dan hukum Islam adalah Iran; Sudan secara prinsip adalah negara Islam,dan banyak oposisi terhadap pelaksanaan syariat. Pengalama Iran menunjukkan kelemahan konsep negara-nasional Sekular dalam suatu masyarakat yang penguasa-penguasa tradisional telah melaksanakan kontrol langsung terhadap seluruh negara. Bagi kebanyakan rakyat Iran, nasionalisme Iran mempunyai nuansa keagamaan. Kegagalan revolusi 1906 karena intrik Inggris -Rusia dan Syah, tidak menghapuskan ingatan ide-ide tersebut. Kemunculan Dinasti Pahlavi pada 1925 dibentuk oleh Kolone Reza Syah yang berusaha menyamai Mustafa Kemal Atururk dan menciptakan negara Sekular dari atas tidak juga dapat menghapuskan ide-ide itu.periode Pahlevi (1925-1979) merupakan periode Sekular ketika upaya-upaya untk memaksakan tatanan modernisasi negara pada akhirnya menyulut perlawanan massa yang dimotori oleh tokoh-tokoh agama syiah yang otoritasnya belum pernah secara penuh ditumpas. Sekularisme sebagai suatu yang diimpor dari asing dihubungkan degan Amerika yang berlangsuung secara gradual terhadap Iran dan terhadap penguasa kedua Pahlavi, Muhammad Reza Syah.[23]
Pandangan Agama terhadap Sekularisasi

Para sejarahwan mendefinisikan sifat atau batasan sekularisme dalam suatu masyarakat atau budaya sebagai hal yang mengindikasikan “penempatan” agama dalam masyarakat atau budaya tersebut: apakah otoritas yang berkuasa bersikap religius, apakah monarki-ketuhanan atau pejabat keagamaan mengatur hukum-hukum yang dianggap bersumber dari wahyu?; apakah negara berpenampakan sekular, diperintah oleh orang-orang di luar hierarki agama,tetapi masyarakat dan budayanya bersifat agamis, dengan otoritas negara yang diperkuat oleh hierarki tersebut (sebagaimana yang terjadi dalam Kristen pada abad pertengahan dan di Spanyol sampai abad ke-20)?’ atau apakah sanksi untuk pemerintah dan hukum-hukumnya yang di ambil dari legitimasi non-agama, dengan agama hanya sebagai persoalan keimanan pribadi?.[24]

Di sisi lain Pergolakan antara agama dan sekuler tanpaknya tak akan pernah putus-putusnya, meskipun secara jelas tidak terlihat pertentangan tersebut.

Dalam agama Kristen misalnya, masyarakat sekuler tidak mengenal adanya gereja.[25]

Upaya-upaya intelektual teolog-teolog Kristen untuk menguia sifat Tuhan (sebagai cinta) dan misteri-misteri Trinitas hanya formalisme kosong bila dibandingkan pengalaman Sufi tentang Tuhan (karena pengalaman ini paling tidak punya pengaruh yang positif dan memperkaya pembinaan kepribadian, walaupun pada umumnya bersifat individual dan asosial). Tetapi sumber keruntuhan modernitas dalam bentuk sekularisme, adalah jauh lebih buruk dari pada sumber keruntuhan Sufisme Islam atau pun teologi Kristen zaman pertengahan, Karena sekularisme menghancurkan kesucian dan universalitas (transendensi) semua nilai-nilai moral -suatu fenomena yang efek-efeknya baru saja mulai terasakan, terutama paling jelas di masyarakat Barat. Sekularisme dengan sendirinya adalah ateistis. Sepanjang menyangkut penegakan suatu tata social yang didasarkan pada etika.[26] Sekularisme muncul di dunia Islam di masa-masa pramodernis karena macetnya pemikiran Islam pada umumnya, dan lebih khusus lagi, karena kegagalah hukum dan lembaga-lembaga syari’ah untuk mengembangkan diri guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang berubah.[27]

Menurut seorang penulis Rekonstruksi yang paling Produktif, Gary North,” merupakan kewajiban moral umat Kristen untuk menguasai kembali setiap intitusi demi Yesus Kristus”, dia merasakan hal ini khususnya di Amerika Serikat, di mana hukum Sekular di pandang sebagai Supreme Court (hukum tertinggi dan dipertahankan oleh para politisi liberal yang sedang bergerak ke arah apa, yang oleh Rushdoony dan yang lainnya, disebut sebagai sebuah kibijakan yang menyimpang dari ajaran Kristen.utamanya yang menyangkut persoalan aborsi dan homoseksualitas.namun, bagaimanapun juga, apa yang paling diinginkan oleh kalangan Rekonstruksionis lebih sekedar penolakan terhadap sekularisme. Sebagaimana halnya dengan para teolog lainnya.[28]

Sekali lagi, sekularisme adalah paham keduniawian. Paham itu mengatakan bahwa kehidupan duniawi ini adalah mutlak dan terakhir, tiada lagi kehidupan sesudahnya, yang biasanya agama-agama menamakan hari kemudian, hari kebangkitan, dan lain-lain. Kita semua yang hidup ini, adalah makhluk Sekular, artinya kita sekarang masih berada di dalam alam Sekular, duniawi, karena belum pindah ke alam akhirat, alam baka yaitu mati. Tetapi bagi penganut sekularisme, mereka adalah orang-orang sekularis, artinya orang-orang yang menjadikan sekularisme sebagai sentral keyakinannya. Dalam perspektif Islam, sekularisme adalah perwujudan modern dari paham dahriyah, seperti di isyaratkan dalam Alquran, surat Jatsiah ayat 24
وقالوا ما هى الأ حياتنا الدنيا نموتُ ونحيا وما يهلكنا الأ الدهر وما لهم بذلك من علم ان هم الأ يظنون

Dan mereka berkata: "Tiada sesuatu kecuali kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan yang pasti tentang hal itu, mereka hanyalah menduga-duga saja.[29]

Jadi jelas, sekularisme tidak sejalan dengan agama, khususnya agama Islam.[30]

Sekularisasi tanpa sekularisme, yaitu proses peduniawian tanpa paham keduniawian, bukan saja mungkun, bahkan telah jadi dan terus akan terjadi dalam sejarah. Sekularisasi tanpa sekularisme adalah sekularisasi terbatas dan dengan koreksi. Pembatasan dan koreksi itu diberikan oleh kepercayaan akan adanya hari kemudian dan prinsip ketuhanan.

Sekularisasi, dalam bentuk demikian, selalu menjadi keharusan bagi setiap umat beragama, khususnya umat Islam, jika pada suatu saat mereka kurang memberikan pyang wajar kepada aspek duniawi kehidupan ini.
Agama Dalam Masyarakat Sekular

Masyarakat sekuler tidak memberikan tanggapan langsung terhadap agama. Terlalu dini untuk mengatakan bahwa masyarakat ini berfungsi tanpa agama. Masyarakat sekular dewasa ini, dimana pemikiran religius, praktek-praktek religius dan kebiasaan-kebiasaan religius mempunyai peran yang kecil saja. Bagaimanapun adalah ahli waris nilai-nilai, aturan-aturan dan orientasi keagamaan dimasa lampau hingga saat ini belum ada masyarakat yang benar-benar sekular. Masih perlu dilihat apakah masyarakat sekular akan mampu secara efektif mempertahankan ketertiban umum tanpa kekerasan institusional apabila pengaruh agama semakin kurang. Barangkali dalam beraksi terhadap institusional, impersonalitas dan birokrasi masyarakat moderen yang semakin bertambah, agama akan memperoleh fungsi-fungsinya yang baru. tetapi barangkali bukan agama yang menerima nilai-nilai institusional baru yaitu agama yang ekumenisme, melainkan agama yang bersifat sekte-sekte.

Kita mungkin dapat berkata bahwa perkembangan ini yang jelas merupakan bagian dari proses sekularisasi adalah juga bagian dari proses meningkatnya rasionalitas manusia itu sendiri, yaitu kesadarannya akan fakta –fakta yang sesungguhnya. Namun kita juga bertanya apakah kerja yang dibuat lebih pantas untuk dipikul pekerja dan pelaksanaan lebih berharga bagi masyarakat yang tidak terdapat satu pengorbanan atau pengabdian tanpa pamrih. Masyarakat yang tidak religius telah berusaha mencari jalan lain untuk menimbulkan motivasi bekerja, memenangkan i’tikad baik mereka yang tidak berpamrih.[31]

Pengaruh Sekularisasi dalam kehidupan

Sekularisme menginginkan kemajuan dan kebebasan,kebebasan itu adalah; kebebasan dari agama, kebebasan pribadi, dan kebebasan masyarakat. Maka yang terjadi dari akibat kebebasa-kebebasan itu ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Pada masa saat ini banya terjadi kejahatan yang disebabkan oleh reaksi terhadap sekularisasi.

Terjadinya pemboman dimana (terorisme),seperti peledakan Oklahoma City pada tahun 1995, salah satu bagian dari The Turner Diaries oleh William Pierce.juga berbisikan pelaku pemboman seperti Eric Robert Rudolph pemboman klinik-klinik aborsi di Brimagham, Alabama dan Atlanta;Georgia, peledakan sebuah bar kaum lesbian di Atlanta, dan peledakan bom pada Olimpiade Atlanta 1996. secara umum, peristiwa-peristiwa tersebut memiliki keterkaitan dengan apa yang oleh kebanyakan aktivis Kristen disebut sebagai immoralitas seksual; aborsi dan homoseksual. Mernurut Michael Bray, kemarahan Rudolph terhadap panitia Olimpiade sebagian dikerenakan karir pembawa obor olimpiade, yang setuju dengan sebuah ordinasi yang mengatakan yang mengatakan bahwa “ sodomi tidak sesuai dengan nilai-nilai komunitas”. Rudolph menginterprestasikan jalan memutar dari perjalanan obor sebagai pandangan pro-gay Dri sebagian panitia. Namun, dalam pengertian yang luas, Rudolph merasa prihatin kepermisifan otoritas-otoritas sekuler di Amirika Serikat dan Internasionalisme Atheistik yang mengendalikan satu sisi yang Michael Bray menyebutkan “The culture war” (perang kebudayaan) dalam masayarakat modern.[32] Menurut William Pierce, upaya-upaya seperti itu diperlukan karena pola pikir sekularisme diktatorial telah diterapkan pada masyarakat Amerika, sebagai hasil dari sebuah konspirasi yang rumit, yang dirancang oleh orang-orang yahudi dan kaum liberal garis-keras berkaitan dengan pencabutan kebebasan masyarakat Kristen dan tautan-tautan spritual. Abouhalima[33] menjelaskan bahwa keterlibabtan Amerika dalam politik agama –dukungannya terhadap negara Israel dan Musuh-musuh Islam”seperti Mubarak Mesir—bukan hasil dari agama Kristen. Tetapi, hal itu berkaitan dengan idiologi sekularisme Amerika, yang menurut Abouhalima, tidak netral,tapi memusuhi agama, khususnya Islam.[34]

Modernitas pencerahan memproklamirkan kematian agama. Modernitas tidak hanya menandai kematian otoritas institusional gereja dan kontrol ulama, tapi juga hilangnya agama idiologis dan intelektual di tengah-tengah masyarakat. Penalaran ilmiah dan klaim-klaim moral dari kontak sosial sekular menggantikan agama dan gereja sebagai basis kebenaran dan identitas sosial. Kibat dari devaluasi agama merupakan” krisis umum dari keyakinan keagamaan”, menurut Bourdieu “krisis bahasa keagamaan dan kemampuan performatifnya adalah bagian dari kekacauan dan merupakan suatu pandangan dunia yang telah usang;”disentegrasi hubungan social seluruh alam semesta”. Dalam menghadapi disentegrasi ini, kebangkitan aktivitaa-aktivitas keagamaan memproklamirkan kematian sekularisme. Mereka menyingkirkan upaya-upaya budaya sekular dan bentuk-bentuk nasionalismenya untuk menggatikan agama. Mereka menentang pandangan bahwa masyarakat secular dan negana-bangsa modern dapat memberika tabiat moral yang menyatukan komunitas-komunias nasional atau kekuatan idiologis untuk menopang negara-negara yang diliputi oleh kegagalan etnis,ekonomi dan militer.

Apakah kebangkitan terorisme agama memiliki keterkaitan dengan perubahan-perubahan global? Kita tahu bahwa beberapa kelompok yang terkaitdengan kekesaran dalam masyarakat industri memiliki sebuag agenda anti modernis. Secara ektrim, akhir dari penolakan agama terhadap modernisme Amerika Serikat oleh anggota-anggota kelompok anti-aborsi Amerika dan lain-lainnya.[35]

 Akibat dari kekecewaan terhadap nilai-nilai Barat modern adalah apa yang disebut” hilangnya keyakinan” dalam bentuk idiologi kebudayaan, nasionalisme sekular.[36] Meskipun beberapa tahun lalu merupakan ide yang gemerlap, ide tersebut kini benar-benar telah menjadi tempat yang umum bagi nasionalisme sekular tersebut, prinsip bahwa pandangan yang lebih berakar dalam suatu tatanan sekular daripada sebuat identitas keagamaan ataupun etnis—sedang mengalami krisis.

Jika Anda Tertarik untuk mengcopy Makalah ini, maka secara ikhlas saya mengijnkannya, tapi saya berharap sobat menaruh link saya ya..saya yakin Sobat orang yang baik. selain Makalah Agama dan Sekularisme, anda dapat membaca Makalah lainnya di Aneka Ragam Makalah. dan Jika Anda Ingin Berbagi Makalah Anda ke blog saya silahkan anda klik disini.Salam saya Ibrahim Lubis. email :ibrahimstwo0@gmail.com
Daftar Pustaka dan Footnote

Daftar Kepustakaan

Alan Adridge, Religion in the Contemporary World : a Sociological Introduction England: Polity Press, 2000



B.R.Wilson, Agama di Dalam Mayarakat Sekuler, dalam Roland Robertson (ed), Sosiologi Agama, terj. Paul Rosyadi Jakarta : Aksara Persada, 1983



C.John Sommerville.The Sekularization of Early Modern England New York: Oxpord, 1992



Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1995 edisi kedua



E.J. Hobsbawm. The Age of Revolution,1889-1948 New York,1962



Editor Team dan Consultans, Cambridge International Dictionary of English USA : Cambridge University Press, 1995



England: Polity Press, 2000 Soerjono Soekanto, Sosiologi : Suatu Pengantar (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2002



Fazlur Rahman. Islam dan Modernitas; tentang transformasi Intelektual ,Terj. Ahsin Muhammad Bandung: Pustaka,1985



Harun Nasution.Islam Rasional Bandung: Mizan, 1995



-----------------.Pembaharuan dalam Islam;Sejarah Pemikiran dan Gerakan Jakarta: Bulan Bintang, 1975



Harvey Cox.Religion in The Sekular City-Toward a Postmodern Theology New York: Simon and Schuster,1984



John L.Esposito. Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modern (Jakarta: Mizan, 2002)Jilid 5



Mark Juergensmeyer.Teror Atas Nama Tuhan: Kebangkitan Global Kekerasan Agama Jakarta: Nizam Press,2002



Muhammad al-Naquib al-Attas. Dilema Kaum Muslimin, terj. Anwar Wahdi Hasi dan H.M.Mukhtar Zoemi.Surabaya: Bina Ilmu, 1986



Muhammad Arkoun.Islam Modernitas Jakarta: Paramadina, 1998



Niyazi Berkes. The Devolopment of Sekularism in Turkey Montreal,1964



Nurcholish Madjid. Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan Bandung: Mizan,1998



Rohadi Abdul fatah, Sosiologi Agama, Jakarta : Titian Kencana Mandiri, 2004), Cet I



Roland Robertson (ed). Agama dalam Analisa dan InterprestasinSosiologi, Terj. Ahmad Fadyani Saifuddin Jakarta: Rajawali Press, 1993



Steve Bruce, God Is Dead : Sekularization in the West, direview oleh Danny Lee dalam www. Gougle.com\Danny lee.com-2002



Yusuf Qardhawi. Sekuler Ekstrim, Terj. Daat Nuhani Idris Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2000




[1][1]Nurcholish Madjid. Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan (Bandung: Mizan,1998), hlm. 216

[2]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), edisi kedua, hlm. 894

[3]John L.Esposito. Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modern (Jakarta: Mizan, 2002)Jilid 5, hlm. 128. lebih jelas lihat Niyazi Berkes. The Devolopment of Sekularism in Turkey (Montreal,1964), hlm. 5

[4]Muhammad al-Naquib al-Attas. Dilema Kaum Muslimin, terj. Anwar Wahdi Hasi dan H.M.Mukhtar Zoemi.(Surabaya: Bina Ilmu, 1986), hlm. 14

[5]Harun Nasution.Islam Rasional (Bandung: Mizan, 1995), hlm. 188

[6]Harvey Cox.Religion in The Sekuler City-Toward a Postmodern Theology (New York: Simon and Schuster,1984),hlm. 56

[7]Nurcholish Madjid.Op.cit., hlm. 218 dan 257.

[8]Yusuf Qardhawi. Sekuler Ekstrim, Terj. Daat Nuhani Idris (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2000), hlm. 2

[9]Nurchalish Madjid.Op.cit, hlm. 219

[10]John L.Esposito.Loc.cit.

[11]Muhammad Arkoun.Islam Modernitas (Jakarta: Paramadina, 1998), hlm. 78

[12]E.J. Hobsbawm. The Age of Revolution,1889-1948 (New York,1962), hlm. 272

[13] Steve Bruce, God Is Dead : Sekulerization in the West, direview oleh Danny Lee dalam .www. Gougle.com\Danny lee.com-2002.hlm.1

[14] Alan Adridge, Religion in the Contemporary World : a Sociological Introduction (England: Polity Press, 2000),hlm. 57. Lihat pula Soerjono Soekanto, Sosiologi : Suatu Pengantar (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2002), , Cet ke-34, hlm. 398

[15] Alan Adridge, Op.cit, hlm. 60

[16] Ibid., hlm. 62

[17] Ibid., hlm. 66

[18] Ibid., hlm. 73

[19] sekulerisasi adalah kepercayaan bahwa agama tidak harus terlibat dengan kebiasaan sosial dan aktifitas politik, lihat Editor Team dan Consultans, Cambridge International Dictionary of English (USA : Cambridge University Press, 1995), hlm. 1281

[20] Rohadi Abdul fatah, Sosiologi Agama, Cet I (Jakarta : Titian Kencana Mandiri, 2004), hlm.102

[21] Steve Bruce,Op.cit., hlm. 4

[22]John L.Esposito.Op.cit., hlm. 130.lihat. Harun Nasution. Pembaharuan dalam Islam;Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 97-104

[23] Ibid. hlm. 134

[24]C.John Sommerville.The Sekulerization of Early Modern England ( New York: Oxpord, 1992), hlm. 8

[25]Roland Robertson (ed). Agama dalam Analisa dan InterprestasinSosiologi, Terj. Ahmad Fadyani Saifuddin (Jakarta: Rajawali Press, 1993), hlm. 185

[26]Fazlur Rahman. Islam dan Modernitas; tentang transformasi Intelektual ,Terj. Ahsin Muhammad (Bandung: Pustaka,1985), hlm. 16

[27]Ibid,. hlm.50

[28]Mark Juergensmeyer.Teror Atas Nama Tuhan: Kebangkitan Global Kekerasan Agama (Jakarta: Nizam Press,2002), hlm. 36-37.

[29]Alquran Surat al-Jatsiyah/45:24

[30]Nurcholish Madjid.Op.cit., hlm. 258

[31] B.R.Wilson, Agama di Dalam Mayarakat Sekuler, dalam Roland Robertson (ed), Sosiologi Agama, terj. Paul Rosyadi (Jakarta : Aksara Persada, 1983), hlm.177

[32]Mark Juergensmeyer.Op.cit.,hlm. 40

[33] Mahmud Abouhalimapelaku pemboman Word Trade Center 1993.Ibid., hlm. 80-85

[34]Ibid., hlm. 89

[35] Ibid., hlm. 303

[36] Ibid., hlm.305


Makalah atau artikelnya sudah di share, makasih ya !

Mau Makalah Gratis! Silahkan Tulis Email Anda.
Print PDF
Previous
Next Post »
Copyright © 2012 Aneka Makalah - All Rights Reserved