Makalah Pendidikan Tinggi Agama Islam Negeri dan Akademi Dinas Ilmu Agama oleh : Hj.Nurliana.A.R |
Kesimpulan
Pendirian Perguruan Tinggi Islam (PTI) merupakan mata rantai dari sejarah perjuangan umat Islam Indonesia sejak awal abad ke-20. Perjuangan itu dimulai dari kesadaran kolektif umat islam, terutama organisasi-organisasi Islam yang muncul pada perempat pertama abad ke-20. Kesadaran ini mengukuhkan pentingnya perbaikan pendidikan Islam. Wujud konkrit dari kesadaran itu adalah pembaharuan sistem pendidikan Islam.
Pendirian Perguruan Tinggi Islam (PTI) merupakan mata rantai dari sejarah perjuangan umat Islam Indonesia sejak awal abad ke-20. Perjuangan itu dimulai dari kesadaran kolektif umat islam, terutama organisasi-organisasi Islam yang muncul pada perempat pertama abad ke-20. Kesadaran ini mengukuhkan pentingnya perbaikan pendidikan Islam. Wujud konkrit dari kesadaran itu adalah pembaharuan sistem pendidikan Islam.
Hasrat umat Islam untuk mendirikan pendidikan tinggi sudah dirintis sejak zaman kolonial Belanda, M. Natsir menulis dalam Capita Selecta bahwa keinginan menyebut bahwa Dr. Satiman telah menulis artikel dalam PM (Pedoman Masyarakat) Nomor 15 membentangkan cita-cita beliau yang mulia akan mendirikan satu sekolah tinggi Islam akan terpusat di tiga tempat, yakni Jakarta, Solo dan Surabaya. Di Jakarta akan didiadakan sekolah tinggi sebagai bagian atas Sekolah Menegah Muhammadiyah (AMS) yang bersifat Westerch (kebaratan). Di Solo akan diadakan sekolah tinggi untuk mendidik muballighin. Di Surabaya akan diadakan sekolah tinggi yang akan menerima orang-orang pesantren.[1] Walaupun ungkapan ini masih dalam bentuk ide, dan belum menjadi kenyataan, akan tetapi semangat untuk mendirikan Perguruan Tinggi Islam itu telah muncul pada tahun 1930-an.
Semangat untuk mendirikan pendidikan tinggi ini juga tercantum dalam Kongres II MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) yang diadakan di Solo pada tanggal 2-7 Mei 1939, dihadiri oleh 25 organisasi Islam yang menjadi anggota MIAI. Di dalam laporan itu salah satu agenda pembahasannya adalah perguruan tinggi Islam. Setelah Kongres selesai, didirikanlah PTI di SOLO yang akan dimulai dari tingkat menengah dengan nama IMS (Islamische Midilbare School). Akan tetapi lembaga pendidikan ditutup pada tahun 1941 karena pecah Perang Dunia II.[2]
Pada tanggal 27 Rajab 1364 H bertepatan dengan tanggal 8 Juli 1945 STI dibuka secara resmi di Jakarta. Peresmiannya diselenggarakan di gedung kantor Imigrasi Pusat Gondangdia. Selanjutnya STI dirubah menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) untuk lebih meningkatkan efektifitas dan jangkauannya. UII secara resmi dibuka pada tanggal 10 Maret 1948 (27 Rajab 1367 H) dengan membuka 4 fakultas yaitu Agama, Hukum, Pendidikan, dan Ekonomi.[3]
Dalam perkembangan berikutnya, fakultas agama UII ini dinegerikan, sehingga terpisah dari UII menjadi PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri). Setelah berdirinya PTAIN pemerintah berhasil pula mendirikan ADIA (Akademi Dinas Ilmu Agama). ADIA ini dimaksudkan sebagai sekolah latihan bagi para pejabat agama yang berdinas dalam pemerintahan, (misalnya Kementerian Agama) dan untuk menjadi ahli didik dalam pengajaran agama di sekolah negeri. [4]Dua lembaga inilah yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini.
F. Penutup Pembentukan PTAIN diatur dengan PP No. 34/1950 Tanggal 14 Agustus 1950 dan ditandatangani oleh Assaat selaku Pemangku Jabatan Presiden Republik Indonesia. Sedangkan peraturan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan No. K/1/14641 tahun 1951 (Agama) dan No. 28665/Kab. Tahun 1951 (Pendidikan) tertanggal 1 September 1951. PTAIN baru beroperasi secara praktis pada tahun 1951, dengan tujuan memberi pengajaran tinggi dan menjadi pusat memperkembangkan dan memperdalam ilmu pengetahuan tentang agama Islam. Setelah muncul PTAIN, Kementerian Agama berhasil mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta tanggal 1 Juni 1957 dengan tujuan sebagai sekolah latihan para pejabat agama yang berdinas dalam pemerintahan (misalnya Kementerian Agama) dan untuk menjadi ahli didik dalam pengajaran agama di sekolah negeri. PTAIN dan ADIA merupakan cikal bakal munculnya IAIN, PTAIN dan ADIA digabungkan menjadi IAIN yang berada di Yogyakarta. IAIN kemudian berkembang diseluruh Indonesia hingga saat ini, bahkan sebagian IAIN berkembang menjadi UIN. |
DAFTAR PUSTAKA
|
Footnote
|
Jika Anda Tertarik untuk mengcopy Makalah ini, maka secara ikhlas saya mengijnkannya, tapi saya berharap sobat menaruh link saya ya..saya yakin Sobat orang yang baik. selain Makalah Pendidikan Tinggi Agama Islam Negeri dan Akademis Dinas Ilmu Agama, anda dapat membaca Makalah lainnya di Aneka Ragam Makalah. dan Jika Anda Ingin Berbagi Makalah Anda ke blog saya silahkan anda klik disini. |