Aneka Ragam Makalah

Peradaban Islam dalam kajian sejarah



Jika bermanfaat, Mohon di Share ya !. kalau sempat sumbang tulisannya ya !
Masuknya Islam ke Spanyol mempunyai arti yang sangat penting bagi bangsa Eropa. Melalui Spanyol, terjadilah kontak yang intens, baik kontak langsung antara orang Eropa dengan orang Islam, maupun kontak yang terjadi dengan media karya-karya di berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk arsitektur. 
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam. 1 Namun yang amat menarik bagi Erofa adalah kemajuan pemikiran dan sains Islam di dunia timur. Mereka melihat bahwa Spanyol, semenjak berada di bawah Islam, telah jauh meninggalkan negara tetangganya di Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains, selain bangunan fisik.2

Terjadinya kontak langsung antara orang Eropa dengan Islam dan kekaguman mereka terhadap Islam mendorong mereka untuk belajar kepada orang Islam. Wujud dari kekaguman itu muncul antara lain dalam bentuk penerjemahan besar-besaran buku-buku yang ditulis orang Islam (umumnya berbahasa Arab) ke bahasa-bahasa yang mereka pahami. Tentu saja isinya membawa informasi baru dan perubahan bagi mereka dengan segala implikasinya.

Di antara perubahan itu bisa ditemukan dalam bentuk kurikulum pendidikan. Sebelum abad ke-12 kurikulum pendidikan dunia Latin didominasi oleh apa yang dikenal sebagai The Seven Liberal Arts. Pertama, trivium yaitu mencakup grammar, retorika, dan logika. Kedua, quadrivum mencakup aritmatika, geometri, astronomi, dan musik)3.

Setelah masuknya informasi baru dari hasil penerjemahan karya-karya muslim maka kurikulum tersebut pun mengalami perubahan dan perluasan secara signifikan. Kesadaran dan minat untuk membangkitkan kembali tradisi ilmiah Yunani dan Romawi bangkit sedemikian rupa hingga membentuk ‘semangat zaman’ dan berskala massal.4

Hasil penerjemahan itu tidak saja instrumental dalam memperkenalkan warisan Yunani-Romawi, tetapi juga merupakan tambang pengetahuan baru yang belum pernah tersedia bagi dunia Latin sebelumnya. Proses penyerapan kembali informasi dari dunia Islam ini merupakan akhir dari kegelapan Eropa. Inilah cikal bakal awal renaisans.5

Renaisans adalah kebangkitan kembali. Zaman ketika warisan Yunani-Romawi kembali diambil orang Eropa dengan media terjemahan melalui karya para ilmuan muslim atau orang-orang non muslim, tetapi muncul seiring dengan kemajuan peradaban Islam, khususnya melalui Spanyol. Namun sebelum membahas lebih lanjut renaisans, perlu dijelaskan terlebih dahulu bagaimana proses itu terjadi. Renaisans menjadi sangat penting dalam sejarah Eropa, karena renaisans menandai bebasnya manusia dari mitologi dan dogma-dogma.6

PENERJEMAHAN
Penerjemahan adalah kegiatan yang terpenting dari segi peralihan/transfer ilmu pengetahuan dari dunia Islam ke Eropa. Masuknya khazanah intelektual Islam ke dunia Eropa melalui dua jalur. Pertama, melalui mahasiswa dan cendikiawan dari Eropa Barat yang belajar di sekolah-sekolah tinggi dan universitas-universitas Spanyol. Kedua, melalui terjemahan karya-karya muslim dari sumber-sumber bahasa Arab.7 Kegiatan penerjemahan menjadi sangat penting karena berlangsung lebih lama dari proses transfer ilmu langsung dari para mahasiswa dan cendikiawan. Lebih lama karena jalur pertama telah terganggu disebabkan peperangan. Puncaknya ketika Granada jatuh ke tangan Eropa tahun 1492.8

Munculnya keinginan untuk menerjemahkan karya-karya kaum muslim ke berbagai bahasa Eropa sangat mudah diduga. Seperti dituliskan di bagian depan pada makalah ini bahwa orang-orang Erofa melihat kemajuan yang pesat telah dicapai Spanyol di bawah Islam. Kemajuan yang bersumber dari penguasaan yang baik—pada zamannya—terhadap ilmu pengetahuan. Oleh karena itu ilmu harus dikuasai. Masalahnya adalah mayoritas ilmu itu ditulis dengan menggunakan bahasa Arab, di mana pada waktu itu belum banyak orang Eropa yang dapat memahaminya. Karena itu perlulah karya-karya itu diterjemahkan.

Penerjemahan serius berlangsung terutama pada abad ke-12 dan ke-13, berlanjut dalam intensitas yang lebih rendah pada abad berikutnya. Mendekati pertengahan tahun 1300-an, jumlah karya-karya terjemahan ini telah mencapai 1200 hingga 1500 judul.9 Menurut catatan Mehdi Nakosteen, para penerjemah itu ada 77 orang. 10

Mereka yang menerjemahkan buku-buku dari bahasa Arab ke bahasa Latin berjumlah, (30 orang). Mereka yang menerjemahkan buku-buku dari bahasa Arab atau Yunani ke bahasa Hebrew berjumlah, (37 orang). Mereka yang menerjemahkan buku-buku dari bahasa Arab ke bahasa Spanyol berjumlah, (7 orang). Orang yang menerjemahkan buku-buku dari bahasa Arab ke bahasa Catalan (Limousinia) berjumlah, (1 orang, bernama Judah Bonsenyor atau Jafuda, w. 1331). Orang yang menerjemahkan buku-buku dari bahasa Persia ke bahasa Yunani berjumlah, (2 orang, bernama Gregorios Chioniades dan Georgios Choniates).

Menurut catatan Mehdi Nakosteen, penerjemahan itu berlangsung pada berbagai bidang ilmu pengetahuan dan telah dimulai tahun 1126 oleh Adelard of Bath (disebut juga Aethelhard, Alard). Ia menerjemahkan tabel-tabel astronomis karya Khawarizmi (780-850 M).11 Karya lain yang diterjemahkan lebih awal yaitu karya Ibnu Sina (980-1037). Penerjemahan pertama atas karya-karyanya telah dikerjakan di Latin antara tahun 1130 dan 1150 oleh Archdeacon Dominic Gundisalvus dan John Avendeath dari Seville, atas perintah dari Raymond, uskup besar di Tolledo.12

Namun ada data lain yang menujukkan bahwa penerjemahan itu telah dimulai sebelumnya. Di Sicilia, tokoh pertama melakukan kegiatan penerjemahan karya-karya Arab ke bahasa Latin adalah Constantine Africanus (w. 1087), seorang rahib Kristen dari Tunisi. Ia menghabiskan waktunya selama tujuh tahun di Salermo (Sicilia) untuk belajar ilmu kedokteran dan mulai melakukan gerakan penerjemahan sejak tahun 1070.13
Alquran juga tidak luput dari usaha penerjemahan itu. Peter the Venerable, dengan bantuan assosiasi Kristen dan Arabnya, menerjemahkan Alquran pada tahun 1141. 13

Penulis tidak menemukan keterangan-keterangan yang kuat tentang mengapa karya-karya itu menjdai salah satu di antara ribuan karya yang pertama diterjemahkan. Namun penulis berpendapat bahwa pertimbangan kebutuhan sajalah yang menjadi faktornya. Seperti halnya penerjemahan karya-karya filsafat Yunani, pada awalnya karena faktor kebutuhan menjawab persoalan-persoalan filsafat.

Berikut ini beberapa nama penerjemah yang turut ambil bagian dalam kegiatan penerjemahan tersebut.
Penerjemah dari bahasa Arab ke bahasa Latin (berjumlah 30 orang) di antaranya:14

1. Adelard of Bath yang menerjemahkan 3 judul, di antaranya dilakukan tahun 1126

2. Alfred of Sareshel atau dikenal dengan Walafred, Alvred, Alphiatus, Sarewel, Sarchel, Serechel. Ia menerjemahkan 3 judul di antaranya dilakukan tahun 1200.

3. Gerard of Cremona atau Gerardus Cremonensis. Ia menerjemahkan buku-buku yang banyak melalui sekolah penerjemahnya. Karya yang ia terjemahkan mencapai 54 judul.
Penerjemah dari bahasa Arab atau Yunani ke bahasa Hebrew (Yahudi) berjumlah 37 orang, di antaranya:15

1. Abraham bar Hayya ha-Nasi atau dikenal dengan Savasarda, ia menerjemahkan risalah tentang musik

2. Moses ibn Tibbon, seorang dokter, ahli matematika, astronomi, dan penerjemah. Ia menerjemahkan 30 judul.

3. Todros Todrosi atau dikenal dengan Todros ben Meshullam ben David Todrasi. Ia menerjemahkan enam judul. 1 karya al-Farabi, 1 karya Ibnu Sina, dan 4 karya Ibnu Rusyd.

4. Zerahiah Gracian atau dikenal dengan Zerahiah ben Isaac ben Shealtiel Gracian, Zerahiah Hen. Ia menerjemahkan atau membuat ulasan13 judul.
Penerjemah dari bahasa Arab ke bahasa Spanyol berjumlah 7 orang di antaranya:16
1. Abraham of Toledo atau dikenal dengan Don Abraham Alfaquin. Ia menerjemahkan 3 judul.
2. Alfonso X the El Sabio, dikenal juga dengan Alphonso X yang Bijak. Ia menerjemahkan 18 judul.
Penerjemah dari bahasa Arab ke Catalan (1 orang) yaitu:17
1. Judah bensenyor. Ia menerjemahkan 3 judul.

Penerjemah dari bahasa Persia ke bahasa Yunani (2 orang) yaitu:18
1. Gregorios Chioniades
2. Georgios Choniates. Ia menerjemahkan tentang penangkal racun.
Penulis belum menemukan tentang keterangan agama yang dianut oleh masing-masing penerjemah itu, begitu juga dengan apakah di antara mereka ada wanita. Namun berdasarkan pluralisme dan ‘kebebasan’ yang berkembang ketika itu serta dipengaruhi toleransi yang tinggi dan kecintaan kepada ilmu pengetahuan, mereka diduga berasal dari berbagai agama dan tidak ada data yang menjadi indikasi bahwa wanita tertutup peluangnya untuk itu.
Penting dicatat bahwa peran orang-orang Mozarabes juga sangat penting. Mozarabes berasal dari bahasa Arab musta’rab yaitu orang-orang yang ter-arab-kan adalah orang-orang yang kesehariannya memiliki cara hidup dan kebudayaan Arab-Islam, walaupun mereka bukan beragama Islam. Mereka banyak berperan melakukan penerjemahan karya-karya muslim berbahasa Arab ke dalam bahasa Latin, karena mereka menguasai bahasa Arab dan Latin sekaligus.19

Catatan lain yang sangat penting bahwa peralihan ilmu itu melalui terjemahan juga dilakukan dengan proses pelembagaan yang baik. Ada lembaga-lembaga atau sekolah penerjemahan dalam pengertian masa itu. Ini juga berlaku pada proses alih ilmu dari Yunani ke dunai Islam dan begitu juga yang terjadi di Jepang. Dapat disimpulkan bahwa proses penerjemahan menjadi satu ikon penting yang telah dibuktikan dalam sejarah pada proses alih ilmu pengetahuan dan teknologi di manapun.

Demikianlah fakta sejarah yang pernah tercatat. Itu juga terjadi di Spanyol. Di kota Toledo misalnya didirikan semacam sekolah tinggi terjemah. Pekerjaan ini dipimpin oleh Raymond. Ke kota Toledo ini juga banyak pindah penerjemah-penerjemah dari Baghdad, terutama yang berasal dari bangsa Yahudi. Mereka dapat menguasai bahasa Arab, Yahudi, Spanyol, dan Latin.20

AVERROISME
Averroisme atau al-Rusydiyah al-Latiniyah adalah gerakan intelektual yang berkembang di Barat (Eropa) pada abad ke-13 hingga abad ke-17. Pada prinsipnya, gerakan Averroisme berusaha mengembangkan gagasan pemikiran Ibn Rusyd yang rasional, filosofis, dan ilmiah. Averroisme mendorong lahirnya renaisans Erofa, yang pada gilirannnya membawa orang-orang Barat pada zaman modern dengan kemajuannya yang pesat di bidang filsafat, sains, dan teknologi.21

Averroisme ini menjadi faktor penting yang menjadi penyemangat lahirnya renaisans, selain karena pengaruh pemikiran yang didapatkan dari berbagai buku yang diterjemahkan. Averroisme dan gerakan penerjemahan dimulai secara besar-besaran di Spanyol sehingga posisi Spanyol menjadi sangat istimewa dalam pencapaian kemajuan di Barat. Tidak berlebihan kalau Nouruzzaman Shiddiqi menyatakan Spanyol (Andalusia) sebagai “jembatan penyeberangan kebudayaan muslim ke Barat”.22

Kontak Erofa dengan pemikiran Ibn Rusyd ini bermula dari sikap pemerintah al-Muwahiddin, yaitu setelah kematian Abu Yaacob pada tahun 1184 dan penobatan putranya Abu Yusof al-Mansur. Al-Mansur dikatakan telah menerima fitnah dari pihak yang tidak menyukai Ibn Rusyd sehingga menyebabkan beliau ditangkap dan disingkirkan ke Lucena di selatan Cordova. Khalifah juga memerintahkan agar semua buku-bukunya dibakar dan dilarang membacanya. 23

Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa di antara sebab peristiwa fitnah itu ialah karena para fuqoha inginkan kedudukan yang tinggi di sisi khalifah sebagaimana mereka mendapat tempat pada dalam pemerintahan Murabitun 24(1086-1235). Namun menurut Ernest Renan bahwa pemerintah al-Muwahiddin adalah pengikut ajaran imam al-Ghazali yang anti filsafat dan pendiri pemerintahan itu Muhammad Ibn Tumart al-Mahdi adalah murid yang setia dari al-Ghazali.25

Fitnah ditiup dan dibesar-besarkan oleh pemitnah-pemitnah yang menuduh bahwa Ibn Rusyd sudah murtad dari Islam dan menentang segala kepercayaan yang dianut oleh umat Islam karena ia menganut ilmu filsafat Yunani yang bertentangan dengan Islam. 26 Setelah pembuangan Ibn Rusyd ke Lucena dan pembakaran buku-bukunya, pengaruhnya di Andalusia tetap ada.
Beberapa pengikut setia dari muridnya, di antaranya Maimunides, Josef Benjehovah, keduanya bangsa Yahudi, menyambutnya dengan rasa kecintaan di Lucena. Di masa pembuangan ini Ibn Rusyd meneruskan pekerjaannya yaitu mengajar dan mengarang sehingga banyak sekali pemuda-pemuda Yahudi datang belajar kepadanya.26 Tidak heran bahwa kendati pun buku-bukunya dibakar, pemikirannya masih ditemukan pada buku-buku yang ditulis murid-muridnya dalam bahasa Yahudi.

Pemikiran Ibn Rusyd terus berkembang di Eropa. Karya-karya terjemahannya ke bahasa Yahudi (Hebrew/Ibrani) kemudian muncul terjemahannya dalam bahasa Latin. Inilah yang kemudian mempengaruhi pemikiran Eropa dan mengguncang sendi-sendi kehidupan sosio-religius. Pengaruhnya itu muncul melalui gerakan Averroisme. Gerakan ini berlangsung selama empat ratus tahun, yaitu tahun 1250-1650 M. 27 Gerakan Averroisme pertama kali tumbuh di Itali.

Secara historis, averroisme merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan penafsiran filsafat Aristoteles yang dikembangkan oleh Ibn Rusyd oleh pemikir-pemikir Barat-Latin. Pada mulanya istilah ini dimaksudkan sebagai penghinaan (pejoratif) terhadap pendukungnya. Tidak seorang pun yang berani dengan tegas menyatakan dirinya sebgai pendukung Averroisme. Barulah pada masa Johannes Jandun (w. 1328) yang pertama kali menegaskan dirinya secara terbuka sebgai Averrois. 28

Pemikiran Ibn Rusyd dan Averroisme yang rasional berbenturan secara diametral dengan doktrin gereja. Paham rasionalisme Ibn Rusyd yang dikembangkan di Barat bertentangan dengan paham penerimaan secara mutlak doktrin gereja. Akibatnya, timbul pertentangan yang antara lain, para ilmuan menolak dan mengecam agama Kristen yang dituduhnya sebagai sumber kemunduran.

Tentu saja hal itu menimbulkan kemarahan Gereja. Paus mengadakan inkuisisi terhadap orang-orang yang dianggap telah keluar dari ajaran Kristen. Selama tahun 1481-1801, tidak kurang dari 340.000 orang yang dijatuhi hukuman. Hampir 32.000 di antaranya dibakar hidup-hidup.29 Pendapat lain mengatakan bahwa dari tahun 1481-1499, telah dijatuhi hukuman bakar hidup-hidup terhadap ilmuan sebanyak 10.220 orang. Selain itu, ada 6.860 orang dihukum gantung dan 97.023 orang dihukum dengan berbagai macam siksaan dan hukuman.30

Di antara para ilmuan yang mengalami inkuisisi itu di antaranya, Roger Bacon (1214-1292), ia ahli matematika dan astronomi. Mengalami hukuman penjara selama bertahun-tahun. Servetus, seorang Spanyol, dibakar hidup-hidup tahun 1553 di Jenewa karena menentang ajaran trinitas. Giordano Bruno (1548-1600) dijatuhi hukuman mati di Roma dengan dibakar hidup-hidup pada tahun 1600. Ia dituduh menganut paham yang bertentangan dengan agama Kristen karena menganut paham heleosentris yang sebelumnya dikembangkan oleh astronom Polandia, Nicholaus Copernicus (1473-1543).Galileo Galilei (1564-1642) diadili oleh pengadilan inkuisisi karena mengembangkan paham heleosentris seperti Bruno. Namun ia tidak sampai dibunuh, hanya dipenjara seumur hidup.31

Walaupun averroisme itu dilarang oleh gereja akan tetapi pengikut-pengikutnya tidak pernah habis. Bahkan suaranya semakin nyaring terdengar di Paris ketika Johannes dari Jandum menyatakan gerakan averroisme secara agak berbeda. Ia mengatakan bahwa averroisme itu benar, selain itu, kitab suci juga benar. Baginya ada dua kebenaran, kebenaran yaitu kebenaran filosofis dan kebenaran teologi.32

Bisa disimpulkan bahwa gerakan averroisme yang bersumber dari pemikiran Ibn Rusyd yang rasional—karena itu tentu saja sangat menghargai akal—telah membuka pikiran orang Eropa. Puncak pengetahuan mereka yang sebelumnya selalu disesuaikan dengan paham gereja, selanjutnya tidak lagi. Ada landasan pemikiran lain—dimana seringkali—yang membuat mereka benar-benar tidak bisa menyetujui pendapat gereja.

RENAISANS
Renaisans secara bahasa artinya kebangunan atau kebangkitan kembali yaitu ketika orang Eropa kembali mengangkat warisan ilmu dari Yunani dan Romawi yang sempat tenggelam. Sampainya ilmu itu kepada mereka melalui peradaban Islam, terutama di Spanyol. Gerakan penerjemahan dan kontak langsung dengan warisan ilmu dan orang-orang Islam menjadi sangat penting pada renaisans.

Averroisme menjadi gerakan yang juga sangat penting mendorong munculnya renaisans. Tokoh yang menjadi rujukannya—Ibn Rusyd (1126-1197)—dikenal sebagai ilmuan muslim yang sangat baik pengusaannya pada pemikiran Yunani, terutama Aristoteles. Ia menulis komentar terhadap karya-karya Aristoteles. Di antara karya itu adalah:

1. Al-Hayawan (1169) komentar terhadap karya Aristoteles de Anima.
2. Syarah al-Sama’ wa al-A’lam (1170), komentar terhadap De Caelo et Mundo
3. Al-Kawn wa al-Fasad, komentar terhadap karya De Generatione et Corruptione
4. Talkhish al-Sama’ wa al-Thabi’i (1170) komentar terhadap Physica
5. Talkhish Ma Ba’d al-Thabi’ah (1174), komentar terhadap Metaphysica
6. Syarh Kitab Burhan (1170), komentar terhadap Demonstration
7. Talkhish Kitab al-Syi’r (1174), komentar terhadap Poetica Aristoteles
8. Talkhish Kitab al-Akhlaq li Aristhuthalis (1176), komentar terhadap Ethica Nicomachea

Buku-buku Aristoteles dan tentu saja ada yang lain setelah dikomentari oleh Ibn Rusyd selanjutnya diterjemahkan ke berbagai bahasa yang dipahami umumnya orang Eropa. Salah satu efeknya adalah tingginya kedudukan akal sehingga mendorong rasionalisme. Karena komentar-komentar Ibn Rusyd itu pulalah sehingga Eropa terbuka matanya terhadap warisan ilmu Yunani dan Romawi di masa sebelumnya hingga ratusan tahun ke belakangnya.

Untuk mendapatkan gambaran yang memadai tentang sejarah Barat—khususnya dalam konteks tulisan ini—ada baiknya diperhatikan periodisasi yang dipakai oleh Hassan Hanafi. Ia membagi sejarah Barat atas enam periode. Pertama, adalah zaman kekuasaan gereja yang berlangsung sejak abad pertama hingga ke-7 masehi. Kedua, zaman Skolastik yang berakhir pada abad ke-14.

Ketiga, zaman reformasi agama yang berlangsung dari abad ke-14 hingga abad ke-15. Keempat, zaman renaisans abad ke-16. Kelima, zaman rasionalisme dan pencerahan (Aufklarung) berlangsung hingga abad ke-17. Keenam, zaman modern dan filsafat eksistensialisme yang berlangsung hingga sekarang.33 Pendapat lain mengatakan, era renaisans Eropa pada abad ke-14 hingga sekitar pertengahan abad ke-17.34

Renaisans Eropa pada bidang keilmuan berimplikasi antara lain, ilmu-ilmu berusaha melepaskan keterikatannya dengan agama (Kristen khususnya sebagai agama mayoritas masyarakat Eropa). Sehingga tidak terelakkan lagi bahwa ini juga menjadi cikal bakal dari sekularisme, khususnya proses sekularisasi menuju sekularisme. Yaitu desakralisasi, yaitu menghilangkan hal-hal yang selama ini dianggap sakral dalam ajaran dasar agama, padahal hanya pendapat atau paham orang-orang terdahulu tentang agama. Pemahaman seperti ini dipertanyakan kembali (keabsahannya) dan ditinggalkan, karena tidak sesuai dengan dunia kekinian. Ini pendekatan sosiologis.35

Rasionalisme yang didorong oleh pemikiran Ibn Rusyd dan Averroisme kemudian berkembang di Eropa. Rasionalisme inilah yang melahirkan renaisans, yaitu suatu gerakan kebangunan kembali manusia dari kungkungan mitologi dan dogma-dogma. Cita-cita renaisans adalah mengembalikan kembali kedaulatan manusia, yang selama berabad-abad telah dirampas oleh para dewa dan oleh mitologi. Kehidupan ini berpusat pada manusia bukan pada Tuhan, demikian anggapan renaisans. Manusia harus menguasai alam semesta.36

Selanjutnya lahirlah paham humanisme atau antroposentrisme yang mengasumsikan manusia menjadi pusat segala-galanya. Kemudian muncullah modernisme yang berpatokan pada humanisme. Ekonomi otonom dari agama. Politik lepas dari agama.

Jadi dapat disimpulkan (oleh penulis) bahwa Islam (peradaban) mempunya hubungan yang sangat penting dengan renaisans Eropa. Orang-orang Islam belajar kepada orang Yunani, Persia, India, Cina, dan Romawi (dengan melakukan komentar dan kritik). Sementara orang-orang Eropa tidak lagi mengenalnya. Selanjutnya, melalui ilmuan-ilmuan Islam, khususnya di Spanyol—seperti dikemukakan di atas, juga disemangati pikiran Ibn Rusyd dan Averroisme melalui kontak langsung dan terjemahan—orang-orang Eropa mengenal kembali warisan peradaban Yunani yang telah dimajukan ilmuan muslim. Inilah yang mendorong renaisans.

Warisan kejayaan peradaban Yunani diwarisi oleh peradaban Helenisme dan Romawi, dan pada gilirannya ketika Romawi juga melampaui puncak kejayaannya, warisan tersebut diambil alih oleh peradaban Islam. Pada gilirannya, peradahan Islam pun mengalami kemunduran dan warisan itu diterjemahkan ke bahasa Latin dan bahasa Eropa lainnya. Penerjemahan-penerjemahan itu telah memprakarsai kebangkitan sosial, kultural, edukasional yang luar biasa yang dikenal sebagai pencerahan Eropa.

Benar sekali apa yang dikatakan DR. Hasan Asari, MA bahwa betapa pun ilmuan Barat yang dengan sengaja mengingkari atau setidaknya mengecilkan arti kontribusi Islam dalam tradisi intelektual Barat, mereka perlu ingat bahwa interaksi dalam arti saling pengaruh dan saling pinjam adalah sesuatu yang niscaya dalam kajian peradaban manusia.36 Jadi, ya…jangan ingkar dan tidak perlu malu. Jujur.

JALUR-JALUR DAN ASPEK HUBUNGAN
Daerah yang paling berpengaruh langsung terhadap transmission (penyebaran)—dengan segala implikasinya—‘ilmu pengetahuan Islam’ ke Barat adalah Spanyol dan Sicilia. Di wilayah Spanyol, kota yang menjadi pusat utama transformasi peradaban Islam ke Barat adalah Toledo, sedangkan di Sicilia adalah kota Palermo. Ini wajar karena posisi kedua wilayah tersebut yang strategis, terletak di perbatasan Timur dan Barat.37 Proses transmission itu juga melalui jalur/rute segitiga perdagangan Spanyol—Sicilia—Syiria.38 Karena berada di wilayah daratan maka jalurnya adalah jalur darat, kecuali Syiria yang ditempuh lewat laut.

Adapun aspek hubungan itu di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Hubungan perdagangan. Muslim Spanyol, muslim Sicilia, dan Muslim Afrika melakukan kontak dagang ke negeri-negeri Kristen di Barat, melalui darat dan juga laut.

2. Hubungan pendidikan. Universitas-universitas seperti di kota Seville, Cordova, Toledo, Granada, dan Valencia banyak dikunjungi pemuda-pemuda Eropa. Sejak abad ke-10 telah banyak mahasiswa dari berbagai negara Eropa yang berkumpul di kota-kota tersebut untuk menyauk ilmu pengetahuan muslim di Spanyol.39 Mendekati akhir abad ke-12 telah berdiri 5 Universitas di Eropa, Salermo (basisnya sekolah kedokteran) dan Bologna (basisnya sekolah hukum), keduanya di Italia. Universita Paris dan Montpellier di Prancis. Oxford di Inggris. Terbesar di antaranya adalah Unibersitas Paris di mana Oxford adalah satu cabangnya yang pada gilirannya ‘melahirkan’ Cambridge tahun 1209. Universitas lain yang berkembang pada abad ke-13 adalah Padua (1222), Naples (1224), Orleans, Angiers dan Salamanca di Spanyol.40

3. Hubungan melalui penerjemahan langsung karya-karya ilmuan muslim ke berbagai bahasa Eropa seperti telah disinggung di bagian terdahulu.

4. Hubungan melalui Perang Salib (1095-1291). Pada masa-masa gencatan senjata tidak menutup kemungkinan bagi kedua belah pihak untuk dapat saling memahami dan mengenal masing-masing dengan baik. Di sinilah mulai muncul keinginan Barat untuk belajar banyak dari Islam. Tentara salib mulai terbuka matanya menyaksikan keadaan Dunia Islam yang sangat berbeda dengan apa yang mereka bayangkan sebelumnya. Mereka menyadari bahwa dunia Islam sangat beradab dan lebih maju dibandingkan mereka sendiri. Akibat yang muncul dari kesadaran ini adalah mereka memperoleh keuntungan dari dunia Islam dan meniru banyak segi dari peradaban Islam. 41

PENGARUH ISLAM TERHADAP BARAT

Pengaruh Islam terhadap Dunia Barat (Eropa) terlihat dalam bidang militer, arsitektur, pertanian, perdagangan, industri, dan kehidupan sosial.42 Seperti yang tampak dari gambaran bidang-bidang yang diterjemahkan itu, tentu saja pengaruh itu meliputi seluruh bidang. Penting disebutkan seperti bidang kedokteran, farmasi, musik, sastra dan sebagainya. Penulis tidak menemukan keseluruhan contoh-contoh pengaruh itu karena indikasi dari pengaruh yaitu adanya perubahan dari apa yang ada sebelumnya.

Namun sebagai gambaran tentang bagaimana pengaruh itu terjadi bisa dilihat dari gambaran kota Cordova seperti ditulis Al-Maqqari (w. 1631) seperti dikutip Anwar G. Chejne, bahwa di kota itu terdapat 1600 masjid, 900 pemandian umum, 60.300 bangunan besar untuk tokoh-tokoh terkemuka seperti wazir, sekretaris negara dan panglima perang, 213.077 ‘real estate’ dan 80.455 toko. Terdapat pula 10.000 lampu penerang jalan yang membuat jalan raya di kota itu terang benderang. 43


Jika Anda Tertarik untuk mengcopy Makalah ini, maka secara ikhlas saya mengijnkannya, tapi saya berharap sobat menaruh link saya ya..saya yakin Sobat orang yang baik. selain Makalah Ini, anda dapat membaca Makalah lainnya di Aneka Ragam Makalah. dan Jika Anda Ingin Berbagi Makalah Anda ke blog saya silahkan anda klik disini.Salam saya Ibrahim Lubis. email :ibrahimstwo0@gmail.com

References and Footnote



1 Ibn Rusyd dan Pengaruhnya Pada Renaisance di Eropa, makalah Yayasan Wakaf Paramadina, Jakarta 1992 dengan mengutip Calude Delmas, Tarikh al-Hadharah al-Urobiah, (Beirut: Dar Mansyurat Awidat, 1970), hal. 19

2 Philip K. Hitti, History of the Arabs, (London: Macmillan Press, 1970), hal. 526, 530

3 Hasan Asari, Dari Yunani Hingga Renaisans: Melacak Peranan Peradaban Islam Dalam Tradisi Intelektual Barat, Journal Analytica Islamica, Pasca Sarjana IAIN SUMUT, Tahun I Volume I Nomor I, 1999, hal. 23

4 Ibid.

5 Ibdi.

6 Kuntowijoyo, Paradigma Islam, (Bandung: Mizan, Cet. I, 1991), hal. 160

7 Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Erofa, terj. Joko S. Kahhar dan Supriyanto Abdullah, (Surabaya: Risalah Gusti, Cet. 1 1996), hal. 271

8 Tariq Ali, Benturan antar Fundamentalis terj. Hodri Ariev, (Jakarta: Paramadina, 2004) hal. 42

9 Mehdi Nakosteen, op. cit. hal. 261

10 ibid, hal. 393-428

11 ibid., hal. 393

12 ibid., hal 235

13 Muhammad Iqbal, Ibn Rusyd & Averroisme, Sebuah Pemborantakan Terhadap Agama, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004) hal. 85 dengan mengutip Anwar G. Chejne, Muslim Spain Its History and Culture, (Minneapolis: Minnesota Press, 1974), hal. 402. Menurut Mehdi Nakosteen, Universitas di Salermo yang berbasis kedokteran baru berdiri akhr abad ke-12, lihat Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam… hal. 269. Namun bisa kemungkinannya bahwa ia belajar kedokteran, tetapi belum pada tempat yang disebut waktu itu sebagai Universitas.

13 Mehdi Nakosteen, op.cit., hal., 264

14 ibid., hal 393-408

15 Ibid., hal. 408-423

16 Ibid., hal. 423-426

17 ibid., hal. 427

18 Ibid., hal. 427-428

19 S.M. Imamuddin, Muslim Spain 711-1492, (Leiden: E.J. Brill, 1981), hal. 192.

20 Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2003), hal. 231

21 Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, (Bandung: Mizan, 1995) hal. 116

22 Nouruzzaman Shiddiqi, Tamaddun Muslim Bunga Rampai Kebudayaan Muslim, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986) hal. 67

23 Mahmud Qasim, Falsafah Ibn Rusyd wa Atharruha fi al-Tafkir al-Gharbi, (Sudan: Jamiah Ummi Durman al-Islamiah, 1967), hal. 12 dalam makalah Ibn Rusyd dan Pengaruhnya Pada Renaisance Eropa, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992)

24 ibid.

25 Zainal Abidin Ahmad, Riwayat Hidup Ibn Rusyd, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975) hal. 70, dikutip dari Ernest Renan dalam Averroes Et Laverroisme, Paris, 1852, hal. 191

26 Ibid., hal. 74

26 Hanna al-Fakhuri, Tarikh Falsafah al-Arabiah, (Beirut: Maktabah al-Basiliah, Jilid II, 1958), hal. 385

27 Muhammad Iqbal, Ibn Rusyd & Averroisme, Sebuah Pemborantakan Terhadap Agama, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004) hal. 95 dengan mengutip Stuart McClintock, “Averroisme”, dalam Paul Edwards, eds., The Encyclopedia of Philosophy Vol. I, (New York: MacMillan Publishing Co., 1972), hal. 224

28 Muhammad Iqbal, Ibn Rusyd…, hal. 96

29 Abu al-Hasan al-Nadwi, Islam and the World, (Lucknow: Academy of Islamic Research and Publication, 1979), hal. 114

30 Muhammad Abduh, Ilmu dan Peradaban Menurut Islam dan Kristen, terjemahan Mahyuddin Syaf, (Bandung: Diponegoro, 1992), hal. 53

31 Muhammad Iqbal, Ibn Rusyd…, hal. 105-106

32 Zainal Abidin Ahmad, op.cit., hal. 171

33 Muhammad Iqbal, op.cit., hal. 53, ia merujuk Hassan Hanafi, Muqaddimah fi Ilm al-Istighrab, (Beirut: Muassasah al-Jami’ah, 1992), hal. 14-15.

34 Hasan Asari, Dari Yunani Hingga Renaisans, op.cit., hal. 25 Renaisans bermula di Itali, ibid., hal. 21

35 Sekularisme dalam pendekatan filosofis adalah paham yang memisahkan secara total antara agama dan negara. Menurut Nurcholish Madjid, sekularisme adalah paham yang dimulai dengan formulasi ‘berikan kepada kaisar apa yang menjadi kepunyaan kaisar (urusan duniawi) dan berikan kepada Tuhan apa yang menjadi kepunyaan Tuhan (urusan ukhrowi). Tuhan tidak berhak mencampuri masalah-masalah duniawi (Nurcholish Madjid, Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan, (Bandung: Mizan, 1987),. hal. 179

36 Kuntowijoyo, Paradigma Islam, op.cit., hal. 160

36 Hasan Asari, Dari Yunani Hingga Renaisans, op.cit., hal. 25

37 Ahmad Amin, Zhuhr al-Islam Juz III, (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, t.tp), hal. 24 seperti dikutip Muhammad Iqbal, Ibn Rusyd & Averroisme, op.cit. hal. 80

38 S.M. Imamuddin, op.cit., hal. 191

39 Ibid., hal. 192

40 Mehdi Nakosteen, op. cit. hal. 269

41 Ahmad Tafsir, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Kebudayaan, (Bandung: Pustaka, 1986), hal. 8-9 diterjemahkan dari Komisi Nasional Mesir untuk UNESCO, Islamic and Arab Contribution to the Eurofean Renaisance.

42 Ahmad Tafsir, Sumbangan.., hal., 8-9

43 Muhammad Iqbal, Ibn Rusyd & Averroisme, op.cit. hal. 80









Daftar Pusataka

Abu al-Hasan al-Nadwi, Islam and the World, Lucknow: Academy of Islamic Research and Publication, 1979

Ahmad Tafsir, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Kebudayaan, Bandung: Pustaka, 1986

Hanna al-Fakhuri, Tarikh Falsafah al-Arabiah, Beirut: Maktabah al-Basiliah, Jilid II, 1958

Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, Bandung: Mizan, 1995

Hasan Asari, Dari Yunani Hingga Renaisans: Melacak Peranan Peradaban Islam Dalam Tradisi Intelektual Barat, Journal Analytica Islamica, Pasca Sarjana IAIN SUMUT, Tahun I Volume I Nomor I, 1999

Kuntowijoyo, Paradigma Islam, Bandung: Mizan, Cet. I, 1991

Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Erofa, terj. Joko S. Kahhar dan Supriyanto Abdullah, Surabaya: Risalah Gusti, Cet. 1 1996

Muhammad Abduh, Ilmu dan Peradaban Menurut Islam dan Kristen, terjemahan Mahyuddin Syaf, Bandung: Diponegoro, 1992

Muhammad Iqbal, Ibn Rusyd & Averroisme, Sebuah Pemborantakan Terhadap Agama, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004

Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2003

Nurcholish Madjid, Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan, 1987

Nouruzzaman Shiddiqi, Tamaddun Muslim Bunga Rampai Kebudayaan Muslim, Jakarta: Bulan Bintang, 1986

S.M. Imamuddin, Muslim Spain 711-1492, Leiden: E.J. Brill, 1981

Tariq Ali, Benturan antar Fundamentalis terj. Hodri Ariev, Jakarta: Paramadina, 2004

Zainal Abidin Ahmad, Riwayat Hidup Ibn Rusyd, Jakarta: Bulan Bintang, 1975



Makalah atau artikelnya sudah di share, makasih ya !

Mau Makalah Gratis! Silahkan Tulis Email Anda.
Print PDF
Previous
Next Post »
Copyright © 2012 Aneka Makalah - All Rights Reserved